Sabtu, 17 Desember 2022

Jurnal Refleksi : Coaching Untuk Supervisi Akademik

 


Setelah mempelajari modul 2.2 tentang Modul Pembelajaran Sosial Emosional, minggu ini masuk modul 2.3 tentang Coaching untuk supervise Akademik. Modul 2.3. Couching Untuk Supervisi Akademik, materi yang benar-benar baru dan luar biasa bagi guru seperti saya. Awalnya saya berpikir, supervisi akademik hanya akan  diperoleh ketika suatu saat saya menjadi seorang pemimpin dalam sebuah lembaga pendidikan. Saya pikir supervisi akademik adalah sebuah kegiatan penilaian yang terlihat sangat menakutkan bagi guru yang akan disupervisi, dan supervisor adalah seorang tim penilaian yang patut diwaspadai, ditakuti atas penilaian, dan tanggapannya atau kritikannya terhadap kinerja guru selama ini. Itulah anggapan dan pemikiran saya sebelum mendapat kesempatan belajar materi ini.

 Jurnal refleksi ini saya tulis sebagai media yang mendokumentasikan perasaan, gagasan dan pengalaman serta praktik baik yang telah saya dilakukan. Model refleksi yang saya pakai adalah Model 1: 4F (Facts, Feelings, Findings, Future) Kali ini saya akan coba merefleksi pembelajaran dan aktivitas pembelajaran yang telah dilakukan di Learning Management System (LMS). Kegiatan dimulai dari modul 2.3.a.3 sampai post tes modul 2

1. Facts (Peristiwa)



Di minggu ini ada beberapa aktivitas pembelajaran yaitu diawali mulai dari 2.3.a.3 mulai dari diri sendiri, ,kemudian masuk ke eksplorasi konsep, modul 2,3,a,4,1 yang membahas tentang coaching, perbedaan antara metode pengembangan diri coaching, mentoring, konseling, fasilitasi dan training, konsep coaching secara umum, bagaimana coaching dilakukan dalam konteks pendidikan, paradigma coaching dilihat dari system Among yang merupakan konsep dari Ki Hajar Dewantara, selanjutnya masuk ke modul 2.3.a.4.2 tentang eksplorasi paradigma berpikir coaching dan prinsip-prinsip coaching dalam komunikasi yang memberdayakan untuk pengembangan kompetensi, juga mengaitkan antara paradigma berpikir dan prinsip-prinsip coaching dengan supervise akademik, selain itu disana juga dijabarkan perbedaan antara coaching, kolaborasi, konsultasi, dan evaluasi dalam rangka memberdayakan rekan sejawat, dibantu dengan video percakapan coaching yang membantu saya memahami tentang bagaimana seharusnya menjadi seorang coach yang baik. Selanjutnya di modul 2.3.a.4.3 di Bahas tentang kompetensi inti coaching dan TIRTA sebagai alur percakapan coaching , disini dipelajari alur coaching mulai dari Tujuan, Identifikasi, Rencana aksi, dan Tanggung jawab yang diakronimkan menjadi TIRTA, diharapkan akan seperti air yang mana komunikasi bisa mengalir, disini juga dibahas tentang inti coaching yaitu presence kehadiran penuh yang terlihat pada coach, dengan memberikan perhatian penuh akan apa yang disampaikan oleh coachee, menjadi seorang pendengar aktif dengan sesekali memberikan tanggapan atas apa yang sedang dibicarakan oleh coachee, dan dibahas tentang keterampilan membuat pertanyaan berbobot dalam percakapan coaching, selain itu, modul ini juga membahas tentang jalannya percakapan coaching untuk membuat rencana aksi, coaching untuk melakukan refleksi, coaching untuk memecahkan masalah dan coaching melakukan kalibrasi, selanjutnya di forum diskusi eksplorasi kami saling melakukan pemantapanpemahaman dengan berdiskusi antar CGP. Pada modul 2.3.a.5 yaitu ruang kolaborasi saya berpasangan dengan Bu Atiek melakukakn sebuah percakapan coaching untuk benar-benar memberikan pengalaman coaching secara nyata dengan teman sesame CGP, dan hasil percakapan divideokan dan diunggah sebagai salah satu tagihan dari LMS, kemudian pada modul 2.3.a.6 demonstrasi kontekstual, kami dikelompokkan untuk  membuat video percakapan dengan 1 CGP menjadi observer, 1 CGP lain menjadi coach, dan 1 CGP lainnya menjadi Coachee, kami melakukan secara bergiliran, kegiatan ini bertujuan menambah pemahaman kami tentang bagaimana seharusnya menjadi akademik yang dilakukan dengan teman sejawat. Kegiatan Pada modul 2.3 ini diakhiri dengan Post Test di modul 2.

2. Feelings (Perasaan)



Saya antusias dan sangat semangat mengikuti aktivitas pembelajaran tentang coaching ini. Pada modul 2.3. ini, Saya menjadi begitu penasaran di awalnya bagaimana menjadi coach yang baik, dan kemudian merasa senang sekali karena semuanya terjawab di modul ini ditambah dengan beberapa praktik langsung bersama para CGP membuat pemahaman baik tentang modul 2. Dari hasil praktik saya merasa masih banyak kekurangan sehingga merasa bersemangat untuk belajar lagi dan berusaha memahami tentang coaching, bagaimana membuat pertanyaan berbobot, dan bagaimana bersikap sebagai coach yang baik.

3. Findings (Pembelajaran)



Modul 2.3. memberi saya banyak pengetahuan dan pembelajaran yang banyak tentang bagaimana menjadi coaching yang baik dan bagaimana melakukan supervise akademik yang baik yang dapat membantu pengembangan diri rekan sejawat, ada fase ini saya diajak untuk meninjau ulang keseluruhan materi pembelajaran di Modul 2:yang pernah saya dapati mulai dari konsep Ki Hajar Dewantara tentang tujuan pembelajaran, tentang peran dan nilai guru penggerak, tentang pembelajaran berdiferensiasi yang berkaitan juga dengan Pembelajaran Sosial dan Emosional yang semuanya berkaitan dengan coaching dan supervise akademik, di modul ini juga saya mencoba merancang sebuah aksi nyata supervisi akademik terhadap rekan sejawat, untuk membantunya mengembangkan kemampuan diri rekan sejawat.

4. Future (Penerapan)



Banyak permasalahan di lapangan yang terkait dengan potensi para murid dan mungkin rekan sejawat yang saya temui dilapangan sebagai seorang guru. permasalahan tersebut seringkali menjadi salah satu penghambat kemajuan seseorang dalam mencapai tujuannya, bahkan mereka bisa saja tidak sadar akan kemampuan dan kekuatan yang mereka miliki untuk menyelesaikan permasalahannya. Oleh karena itu, coaching sangat perlu dilakukan untuk bisa membantu mengatasi permasalahan tersebut. Selanjutnya saya berharap praktik baik ini bisa dilakukan juga oleh rekan sejawat lainnya. Sehingga semua mampu menjadi coach yang baik bagi muridnya dan orang lain.

Setelah mempelajari materi coaching ini, ternyata mampu meluruskan paradigma saya tentang bagaimana kita harusnya memandang dan memperlakukan murid dan orang lain saat kita memposisikan diri sebagai coach, bagaimana seharusnya menempatkan diri dalam proses menuntun murid atau membantu rekan-rekan kita atau orang lain. Dan lebih khusus lagi, bagaimana sebuah supervisi dapat berubah dari suasana menakutkan menjadi menyenangkan, dari sebuah penilaian kinerja menjadi sebuah sharing dan diskusi pengalaman dalam melakukan pembelajaran yang berpihak pada murid, dan pada akhirnya menjadi sebuah refleksi bermakna yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur atau pijakan bagi guru dalam melakukan pengembangan kinerja. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar