Manusia dan masyarakatnya senantiasa berubah, begitu juga dengan masyarakat di Indonesia. Masyarakat Indonesia berubah dari waktu ke waktu, mulai dari masa kerajaan, penjajahan, sampai pada masa kemerdekaan. Pada masa penjajahan Belanda dan masa Kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara masyarat juga mengalami perubahan. Perubahan-perubahan tersebut dapat dilihat dari bidang Agama, Sosial, Ekonomi, dan Pendidikan. Berikut beberapa contoh perubahan masyarakat pada masa penjajahan Belanda/Jepang.
a. Perubahan masyarakat pada masa penjajahan Belanda
Berikut macam-macam perubahan masyarakat pada masa penjajahan Belanda.
1) Bidang agama
Pada masa penjajahan telah berkembang banyak agama, seperti Hindu, Buddha, Islam, Kristen, dan Katolik. Namun para penjajah, khususnya di wilayah Indonesia bagian Timur sangat gencar menyebarkan agama Kristen dan Katolik melalui sistem misionaris, seperti di Maluku. hal ini sejalan dengan salah satu semboyan penjajah 3G, yakni Gold, Glory, and Gospel.
2) Bidang ekonomi
Kebijakan ekonomi yang pertama kali di terapkan adalah tanam paksa (cultuur stelsel). Dengan tanam paksa, Belanda mulai melakukan eksploitasi kekayaan alam Indonesia. Pada tahun 1870, Belanda menerapkan kebijakan ekonomi pintu terbuka. Dengan kebijakan ini, dimulailah era komersialisasi, moneterisasi dan industrialisasi di Indonesia. Belanda memberi kesempatan seluas-luasnya kepada perusahaan-perusahaan swasta untuk masuk ke Indonesia, melakukan perdagangan, dan menanamkan modalnya di Indonesia. Kekuatan modal asing yang masuk ke Indonesia, secara tidak langsung telah mendorong proses industrilisasi secara lebih cepat. Muncul perkebunan perkebunan di banyak daerah yang didukung dana luar negeri.
3) Bidang sosial dan budaya
Struktur golongan masyarakat pada masa penjajahan Belanda sebagai berikut.
a) Golongan Eropa yang tinggal di Indonesia meliputi, Belanda, Inggris, Amerika, Belgia, Swiss, dan Prancis. Golongan Eropa memiliki kekuasaan besar dan status sosial mereka lebih tinggi di banding dengan golongan-golongan lain yang ada di Indonesia.
b) Golongan asia dan timur jauh yang tinggal di Indonesia meliputi, bangsa Cina, India, dan Arab. Sebagian besar adalah pedagang yang menguasai sektor perdagangan eceran, tekstil, dan mesin elektronik. Status ekonomi mereka yang tinggi membuat pemerintah Belanda memberikan banyak kemudahan dalam sektor perdagangan.
c) Golongan pribumi ialah penduduk asli Indonesia dan golongan mayoritas Indonesia. Walaupun merupakan golongan mayoritas tapi golongan ini berada pada lapisan terbawah dalam stratifikasi sosial masyarakat kolonial di Indonesia.
Penggolongan masyarakat Indonesia sebelum datangnya Belanda terdiri atas golongan bangsawan (kelas atas), golongan birokrat pemerintah (kelas menengah) dan golongan rakyat jelata (kelas bawah). Setelah datangnya Belanda ke Indonesia, stratifikasi masyarakat Indonesia mengalami perubahan. Bangsa Belanda, dengan kekuasaanya mengambil alih kedudukan kaum bangsawan sebagai golongan kelas atas dalam struktur masyarakat Indonesia.
4) Bidang pendidikan
Secara umum sistem pendidikan khususnya system persekolahan didasarkan kepada golongan penduduk menurut keturunan atau lapisan (kelas) sosial yang ada dan menurut golongan kebangsaan yang berlaku waktu itu, yaitu sebagai berikut.
a) Pendidikan dasar
Pada hakikatnya pendidikan dasar untuk tingkatan sekolah dasar mempergunakan sistem pokok, yaitu sebagai berikut.
(1) Sekolah rendah dengan bahasa pengantar bahasa Belanda
Jenis-jenisnya sekolahnya sebagai berikut.
(a) Sekolah rendah Eropa, yaitu sekolah rendah untuk anak-anak keturunan Eropa.
(b) Sekolah Cina Belanda, yaitu HCS (Hollands Chinese school), suatu sekolah rendah untuk anak-anak keturunan tmur asing.
(c) Sekolah Bumi Putra Belanda HIS (Hollands inlandse school), yaitu sekolah rendah untuk golongan penduduk Indonesia asli.
(2) Sekolah rendah dengan bahasa pengantar bahasa daerah Jenis-jenis sekolahnya sebagai berikut.
(a) Sekolah Bumi Putra Kelas II (Tweede klasee). Sekolah ini disediakan untuk golonagan bumi putra. Lamaya sekolah tujuh tahun, pertama didirikan tahun 1892.
(b) Sekolah Desa (Volksschool). Disediakan bagi anak-anak golongan bumi putra. Lamanya sekolah tiga tahun yang pertama kali didirikan pada tahun 1907.
(c) Sekolah Lanjutan (Vorvolgschool). Lamanya dua tahun merupakn kelanjutan dari sekolah desa, juga diperuntukan bagi anak-anak golongan bumi putra. Pertama kali didirikan pada tahun 1914.
(d) Sekolah Peralihan (Schakelschool). Merupakan sekolah peralihan dari sekolah desa (tiga tahun) kesekolah dasar dengan bahasa pengantar bahasa Belanda.
b) Pendidikan lanjutan (pendidikan menengah)
Pada hakikatnya pendidikan lanjutan mempergunakan sistem pokok sebagai berikut.
(1) MULO (Meer Uit gebreid lager school), sekolah tersebut adalah kelanjutan dari sekolah dasar yang berbasa pengantar bahasa Belanda. Lama belajarnya tiga sampai empat tahun. Yang pertama didirikan pada tahun 1914.
(2) AMS (Algemene Middelbare School) adalah sekolah menengah umum kelanjutan dari MULO berbahasa belanda dan diperuntukan golongan bumi putra dan Timur asing. Lama belajarnya tiga tahun dan yang petama didirikan tahun 1915.
(3) HBS (Hoobere Burger School) atau sekolah warga Negara tinggi adalah sekolah menengeh kelanjutan dari ELS yang disediakan untuk golongan Eropa, Didirikan pada tahun 1860.
c) Pendidikan Kejuruan (vokonderwijs)
Sebagai pelaksanaan politik etika pemerintah Belanda banyak mencurahkan perhatian pada pendidikan kejuruan. Jenis sekolah kejuruan yang ada adalah sebagai berikut.
(1) Sekolah pertukangan (Amachts leergang) yaitu sekolah berbahasa daerah.
(2) Sekolah pertukangan (Ambachtsschool) adalah sekolah pertukangan berbahasa pengantar Belanda.
(3) Sekolah teknik (Technish Onderwijs).
(4) Pendidikan Dagang (Handels Onderwijs).
(5) Pendidikan Pertanian (landbouw Onderwijs).
(6) Pendidikan Kejuruan Kewanitaan (Meisjes Vakonderwijs).
(7) Pendidikan Rumah Tangga (Huishoudschool).
(8) Pendidikan Keguruan (Kweekschool).
d) Pendidikan Tinggi (Hooger Onderwijs)
Jenis pendidikan tinggi yang ada adalah sebagai berikut.
(1) Sekolah Tehnik Tinggi (Technische Hoge School).
(2) Sekolah Hakim Tinggi (Rechskundige Hoge school).
(3) Pendidikan Tinggi kedokteran.
b. Perubahan masyarakat pada masa penjajahan Jepang
Berikut macam-macam perubahan masyarakat pada masa penjajahan Jepang.
1) Bidang politik
Kedatangan balatentara Dai Nippo di Indonesia segera diikuti oleh perubahanperubahan yang mendasar dalam sistem hukum. Hal itu dimaksudkan untuk menjalankan pemerintahan di bawah pendudukan Jepang, meskipun dalam hal ini Jepang terlihat untuk berupaya mempertahankan sistem yang sudah ada. Pada tanggal 7 Maret 1942 Pemerintah Balatentara Dai Nippon mengeluarkan Undang-undang Nomor 1 yang berisi antara lain hal-hal sebagai berikut.
a) Pasal 1: Balatentara Nippon melangsungkan pemerintahan militer sementara waktu di daerah-daerah yang telah ditempati agar supaya mendatangkan keamanan yang sentausa dengan segera.
b) Pasal 2: Pembesaran Balatentara memegang kekuasaan militer yang tertinggi dan juga segala kekuasaan yang dahulu tetap di tangan Gubernur Jenderal Hindia Belanda.
c) Pasal 3: Semua badan-badan pemerintahan dan kekuasaan hukum tetap diakui sah untuk sementara waktu, asal saja tidak bertentangan dengan pemerintahan militer.
d) Pasal 4: Bahwa Balatentara Jepang akan menghormati kedudukan dan kekuasaan pegawai-pegawai yang setia pada Jepang (Kan Po, Nomor Istimewa, 1942).
2) Bidang sosial dan ekonomi
Jepang berusaha untuk mendapatkan dan menguasai sumber-sumber bahan mentah untuk industri perang. Jepang membagi rencananya dalam dua tahap.
a) Tahap penguasaan, yakni menguasai seluruh kekayaan alam termasuk kekayaan milik pemerintah Hindia Belanda.
b) Tahap penyusunan kembali struktur ekonomi wilayah dalam rangka memenuhi kebutuhan perang. Sesuai dengan tahap ini maka pola ekonomi perang direncanakan bahwa setiap wilayah harus melaksanakan autarki.
3) Bidang mobilitas sosial
Di samping menguras sumber daya alam, Jepang juga melakukan eksploitasi tenaga manusia. Hal ini akan membawa dampak terhadap mobilitas sosial masyarakat Indonesia. Puluhan hingga ratusan ribu penduduk desa yang kuat dikerahkan untuk romusa membangun sarana dan prasarana perang, seperti jalan raya, jembatan, lapangan udara, pelabuhan, benteng bawah tanah, dan sebagainya. Mereka dipaksa bekerja keras (romusa) sepanjang hari tanpa diberi upah, makan pun sangat terbatas.
Akibatnya,banyak yang kelaparan, sakit dan meninggal ditempat kerja. Untuk mengerahkan tenaga kerja yang banyak, di tiap-tiap desa dibentuk panitia pengerahan tenaga yang disebut Rumokyokai. Tugasnya menyiapkan tenaga sesuai dengan jatah yang ditetapkan. Untuk menghilangkan ketakutan penduduk dan menutupi rahasia itu maka Jepang menyebut para romusa dengan sebutan prajurit ekonomi atau pahlawan pekerja. Menurut catatan sejarah, jumlah tenaga kerja yang dikirim ke luar Jawa, bahkan ke luar negeri seperti ke Burma, Malaya, Vietnam, dan Mungthai/Thailand mencapai 300.000 orang.
4) Bidang militer
Situasi Perang Asia Pasifik pada awal tahun 1943 mulai berubah. Sikap ofensif Jepang beralih ke defensif. Jepang menyadari bahwa untuk kepentingan perang perlu dukungan dari penduduk masing-masing daerah yang didudukinya. Itulah sebabnya, Jepang mulai membentuk kesatuan-kesatuan semimiliter dan militer untuk dididik dan dilatih secara intensif di bidang militer. Di Indonesia ada beberapa kesatuan pertahanan yang dibentuk oleh pemerintah Jepang, seperi berikut.
a) Seinendan (Barisan Pemuda)
Seinendan dibentuk pada tanggal 29 April 1943. Anggotanya terdiri atas para pemuda yang berusia antara 14–22 tahun. Mereka dididik militer agar dapat menjaga dan mempertahankan tanah airnya dengan kekuatan sendiri. Akan tetapi, tujuan yang sebenarnya ialah mempersiapkan pemuda untuk dapat membantu Jepang dalam menghadapi tentara Sekutu dalam Perang Asia Pasifik.
b) Keibodan (Barisan Pembantu Polisi)
Keibodan dibentuk pada tanggal 29 April 1943. Anggotanya terdiri atas para pemuda yang berusia 26–35 tahun dengan tugas, seperti menjaga lalu lintas, pengamanan desa, dan lain-lain. Barisan ini di Sumatra disebut Bogodan, sedangkan di Kalimantan dikenal dengan nama Borneo Konan Hokokudan.
c) Heiho (Pembantu Prajurit Jepang)
Heiho adalah prajurit Indonesia yang langsung ditempatkan di dalam organisasi militer Jepang, baik Angkatan Darat maupun Angkatan Laut. Mereka yang diterima menjadi anggota adalah yang memenuhi syarat, antara lain berbadan sehat, berkelakuan baik, berpendidikan terendah SD, dan berumur 18–25 tahun. Mereka dilatih kemiliteran secara lengkap dan setelah lulus dimasukkan ke dalam kesatuan militer Jepang dan dikirim ke medan pertempuran, seperti ke Kepulauan Salomon, Burma, dan Malaya.
d) Peta ( Pembela Tanah Air)
Peta dibentuk pada tanggal 3 Oktober 1943, dengan tugas mempertahankan tanah air. Pembentukan PETA ini atas permohonan Gatot Mangkuprojo kepada Panglima Tertinggi Jepang Letjen Kumakichi Harada tanggal 7 September 1943. Untuk menjadi anggota Peta para pemuda dididik di bidang militer secara khusus di Tangerang, di bawah pimpinan Letnan Yamagawa. Untuk menjadi komandan Peta, mereka dididik secara khusus lewat Pendidikan Calon Perwira di Bogor. Dari pasukan Peta ini muncul tokoh-tokoh nasional yang militan, seperti Jenderal Soedirman, Jenderal Gatot Subroto, Jenderal Ahmad Yani, Supriyadi, dan sebagainya.









Tidak ada komentar:
Posting Komentar