Jumat, 23 April 2021

Tumbuh dan Berkembangnya Semangat Kebangsaan ( Materi Kelas VIII SEMESTER 2 )











Gambar semangat kebangsaan

Sumber: nadyasafitri9.blogspot.com

Pada awal ke-20, pemimpin-pemimpin Indonesia sadar bahwa perlawanan bersenjata tidak akan berhasil. Apalagi jika perlawanan itu bersifat kedaerahan. Rasa persatuan dan kebangsaan mulai berkembang. Suku-suku bangsa Indonesia sama-sama menderita di bawah penjajahan. Penderitaan yang sama itu menimbulkan rasa persatuan. Merekapun sadar bahwa mereka adalah satu bangsa.dan mempunyai satu tanah air. Penjajahan Belanda tidak lagi di lawan dengan kekuatan senjata, tetapi dengan kekuatan politik. Disamping itu, dilakukan usaha memajukan pendidikan, meningkatkan ekonomi rakyat, dan mempertahankan kebudayaan. Seluruh rakyat diikutkan dalam perjuangan. Mereka berhimpun dalam berbagai organisasi. Pada bab ini akan diuraikan mengenai semangat kebangsaan Indonesia.

1. Latar Belakang Munculnya Nasionalisme Indonesia

Selama masa pemerintahan kolonialisme, rakyat Indonesia mengalami penderitaan yang amat mendalam. Seiring berjalannya waktu mulai muncul rasa kebangsaan Indonesia berasal dari keinginan kuat rakyat Indonesia untuk merdeka dan berdaulat. Sejak abad 19 dan 20, mulai muncul benih-benih rasa kebangsaan atau nasionalisme bagi bangsa-bangsa di Asia dan Afrika, khususnya Indonesia.

a. Faktor Tumbuhnya Semangat Kebangsaan

Banyak faktor yang memicu munculnya rasa kebangsaan di Indonesia. Berikut ini faktor-faktor yang memicu tumbuhnya semangat kebangsaan di Indonesia.

1) Politik Etis

Pada permulaan abad 20, kebijakan penjajahan Belanda mengalami perubahan arah yang paling mendasar dalam sejarahnya. Kebijakan kolonial Belanda untuk mengeksploitasi terhadap Indonesia mulai berkurang sebagai pembenaran utama bagi kekuasaan Belanda, dan digantikan dengan pertanyaan-pertanyaan keperihatinan atas kesejahteraan bangsa Indonesia. Kebijakan ini dinamakan politik etis.

Politik etis atau politik balas budi berakar dalam masalah kemanusiaan maupun keuntungan ekonomi.Selama zaman liberal (1870 – 1900), kapitalisme swasta memainkan pengaruh yang sangat menentukan terhadap kebijakan penjajahan. Industri Belanda mulai melihat Indonesia sebagai pasar yang potensial yang standar hidupnya perlu ditingkatkan. Oleh kerena itulah, kepentingan-kepentingan perusahaan mendukung keterlibatan penjajah yang semakin intensif untuk mencapai ketenteraman, keadilan, dan moderinitas. Pihak yang beraliran kemanusiaan membenarkan apa yang ada dalam pikiran kalangan pengusaha itu akan menguntungkan, dan lahirlah politik etis.

a) Isi politik etis

Politik Etis dikembangkan oleh van Deventer. Politik etis bersifat tiga hal yaitu edukasi,emigrasi, dan migrasi. Di bidang edukasi, golongan pribumi mendapatkan pendidikan dan pengajaran di Sekolah Angka Dua. Adapun warga negara Belanda bersekolah di HIS dan HBS. Sistem edukasi produk politik elit sering disebut sistem dualisme. Tujuan pokok sistem dualisme adalah mencari tenaga kerja murah dan terampil untuk perkebunan Belanda. Di bidang irigasi, berarti pembuatan saluran irigasi untuk keperluan pengairan perkebunan dan pemenuhan air minum warga pribumi. Tujuannya sebagai peningkatan akses terhadap air bersih yang selama ini dimonopoli warga negara Belanda atau Eropa sekaligus peningkatan kesehatan. Di bidang migrasi, tujuannya adalah pemerataan penduduk sebagai tenaga kerja murah di luar Jawa.

b) Dampak politik etis

Salah satu program yang berdampak positif sifat jangka panjang bagi bangsa Indonesia adalah bidang pendidikan sejarah munculnya Budi Utomo, Sarikat Islam dan berdirinya Volksraad. Adapun dampak-dampak yang terlihat nyata adalah dalam tiga bidang berikut ini.

(1) Bidang politik

Desentralisasi kekuasaan atau otonomi bagi bangsa Indonesia, namun tetap saja terdapat masalah yaitu golongan penguasa tetap kuat dalam arti intervensi. Ha ini karena perusahaan-perusahaan Belanda kalah saing dengan Jepang dan Amerika menjadikan sentralisasi berusaha diterapkan kembali.

(2) Sosial

Lahirya golongan terpelajar, peningkatan jumlah melek huruf, dan perkembangan bidang pendidikan adalah dampak positif Politik Etis. Adapun dampak negatifnya adalah kesenjangan antara golongan bangsawan dan bawah semakin terlihat jelas karena bangsawan kelas atas dapat bersekolah dengan baik dan langsung dipekerjakan di perusahaan-perusahaan Belanda.

(3) Ekonomi

Lahirnya sistem kapitalisme modern, politk liberal, serta pasar bebas yang menjadikan persaingan dan modal menjadi indikator utama dalam perdagangan. Maka dari itu, yang lemah akan kalah dan tersingkirkan. Selain itu, juga muculnya dan berkembangnya perusahaan-perusahaan swasta dan asing di Indonesia, seperti Shell.

2) Pengaruh Pers

Pers merupakan salah satu alat perjuangan dalam pergerakan nasional. Selama penjajahan Belanda, peranan pers tidak dapat dilepaskan dari pergerakan nasional. Sejak abad ke-19, perkembangan pers di Indonesia didukung oleh teknologi modern dan paham-paham baru dari Eropa meskipun masih mendapatkan sensor ketat dari pemerintah kolonial Belanda. Bagi organisasi pergerakan, media massa berperan bagi penyebaran gagasan dan asas perjuangan organisasi kepada masyarakat. Selain itu, media massa pun sering dijadikan alat mengkritik berbagai kebijakan pemerintah Hindia Belanda.

Surat kabar menjadi alat menyebarkan cita-cita kemerdekaan. Perkembangan pers sebagai alat perjuangan semakin hebat dan pesat. Contoh surat kabar yang terbit pada masa pergerakan nasional, di antaranya sebagai berikut.

a) Benih Merdeka pimpinan Mohammad Yunus dan O.K. Nazir,

b) Oetoesan Indonesia pimpinan H.O.S. Tjokroaminoto,

c) Soeara Oemoem pimpinan Tohir Cindarbumi, dan

d) De Express pimpinan dr. Tjipto Mangunkusumo.

Di samping itu, ada beberapa surat kabar yang secara rutin memuat pemikiran-pemikiran Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta. Surat kabar tersebut, antara lain Pikiran Rakyat, Sarekat Indonesia Moeda, Daoelat Rakjat, dan Penjebar Semangat. Media-media tersebut memuat pemikiran mereka yang berkaitan dengan penyebarluasan semangat persatuan dalam mencapai Indonesia merdeka.

Pada masa pergerakan nasional, media massa yang paling berani dan radikal dalam penyampaiannya adalah Indonesia Merdeka (semula Hindia Poetra). Majalah yang diterbitkan Perhimpunan Indonesia (PI) tersebut, terkenal dengan isinya yang memuat kritikan-kritikan yang sangat tajam. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila pemerintah Belanda melarang penerbitan majalah tersebut karena menganggapnya berbahaya bagi pemerintah.

3) Modernisme dan Reformasi Islam

Perkembangan pendidikan di Indonesia juga banyak diwarnai oleh pendidikan yang dikelola umat Islam. Ada tiga macam jenis pendidikan Islam di Indonesia, yaitu pendidikan di surau atau langgar, pesantren, dan madrasah. Meskipun dasar pendidikan dan pengajarannya berlandaskan ilmu pengetahuan agama Islam, mata pelajaran umum lainnya juga mulai disentuh. Tokoh-tokoh pergerakan nasional dan pejuang muslim pun bermunculan dari lingkungan ini. Banyak dari mereka menjadi penggerak dan tulang punggung perjuangan kemerdekaan. Rakyat Indonesia yang mayoritas adalah kaum muslim ternyata merupakan salah satu unsur penting untuk menumbuhkan semangat nasionalisme Indonesia. Para pemimpin nasional yang bercorak Islam akan sangat mudah untuk memobilisasi kekuatan Islam dalam membangun kekuatan bangsa.

b. Munculnya Nasionalisme Indonesia

Munculnya nasionalisme atau paham kebangsaan Indonesia dilatarbelakangi oleh berbagai

faktor. Faktor-faktor tersebut, antara lain sebagai berikut.

1) Perluasan pendidikan

Pemerintah Hindia-Belanda menerapkan kebijakan Politik Etis tahun 1901, yaitu irigasi, emigrasi, dan edukasi/pendidikan. Dalam pelaksanaannya banyak penyelewengan dalam politik etis, seperti berikut.

a) Irigasi hanya untuk kepentingan perkebunan Belanda.

b) Emigrasi/transmigrasi hanya untuk mengirim orang-orang Jawa ke luar Jawa guna dijadikan buruh perkebunan dengan upah murah.

c) Pendidikan tinggi hanya untuk orang Belanda dan sebagian anak pejabat.

Segi positif yang paling dirasakan bangsa Indonesia adalah pendidikan. Semakin banyak orang Indonesia berpendidikan modern akan memelopori gerakan pendidikan, sosial, dan politik. Pengaruh pendidikan inilah yang melahirkan para tokoh pemimpin pergerakan nasional Indonesia.

2) Kegagalan perjuangan di berbagai daerah

Salah satu penyebab kegagalan perjuangan tersebut adalah perlawanan yang bersifat kedaerahan. Memasuki abad ke-XX, corak perjuangan bangsa Indonesia berubah dari yang bersifat kedaerahan, menuju perjuangan yang bersifat nasional. Bangsa Indonesia menemukan identitas kebangsaan sebagai pengikat perjuangan bersama. Corak perjuangan nasional bangsa Indonesia ditandai dengan momentum penting, yaitu diikrarkan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.

3) Rasa senasib sepenanggungan

Tekanan pemerintah Hindia-Belanda pada bangsa Indonesia telah memunculkan perasaan kebersamaan rakyat Indonesia sebagai bangsa terjajah. Hal inilah yang mendorong tekad bersama untuk menghimpun kebersamaan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia.

4) Berkembangnya berbagai paham baru

Paham-paham baru, seperti Pan-Islamisme, Liberalisme, Sosialisme, dan Komunisme menjadi salah satu pendorong pergerakan nasional Indonesia. Paham-paham tersebut mengajarkan bagaimana langkah-langkah memperbaiki kondisi kehidupan bangsa Indonesia. Berbagai paham tersebut memengaruhi berbagai organisasi pergerakan nasional Indonesia.

5) Perkembangan organisasi etnik, kedaerahan, dan keagamaan

Organisasi etnik banyak didirikan oleh pelajar perantau di kota-kota besar. Mereka membentuk

perkumpulan berdasarkan latar belakang etnis.

2. Organisasi Pergerakan Nasional Indonesia




Gambar Organisasi Pergerakan Nasional Indonesia

Sumber: https://www.merdeka.com

Sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa ke wilayah Nusantara pada abad ke-16, bangsa Indonesia telah mengadakan perlawanan. Namun segala bentuk perlawanan yang dilakukan tersebut selalu mengalami kegagalan.Pada tanggal 20 Mei 1908 kaum terpelajar mendirikan wadah perjuangan yang dikenal dengan nama Budi Utomo. Lahirnya Budi Utomo ini kemudian diikuti oleh lahirnya organisasi-organisasi sosial, ekonomi, dan politik yang lain. Lahirnya organisasi-organisasi tersebut menandai lahirnya masa pergerakan nasional.

Tumbuhnya golongan terpelajar sebagai akibat dari perkembangan pendidikan baik yang bercorak Barat maupun Islam akhirnya membangkitkan suatu kekuatan baru dalam kehidupan bangsa Indonesia.

a. Budi Utomo (1908)

Politik etis yang diberlakukan oleh pemerintah kolonial Belanda membawa dampak munculnya priyayi Jawa “baru” atau priyayi rendahan. Mereka memiliki pandangan bahwa kunci dari kemajuan adalah pendidikan. Kelompok inilah yang kemudian dianggap sebagai kelompok pembentuk organisasi pergerakan modern.

Dilatarbelakangi kondisi ekonomi yang buruk di Jawa, dr. Wahidin Sudirohusodo pada tahun 1906–1907 berkeliling Pulau Jawa, untuk memberikan penerangan tentang cita-citanya kepada para pegawai Belanda dan dalam berusaha mencari dana untuk beasiswa bagi pelajar Indonesia yang kurang mampu tapi cakap. Dr. Wahidin berkeinginan untuk mendirikan badan pendidikan yang disebut Studiesfonds. Usaha dr. Wahidin tidak mendapatkan tanggapan yang positif dari pegawai pemerintahan Belanda. Namun, usahanya mendapat respon dari para pelajar. Usaha beliaulah yang merupakan pendorong bagi pelajar untuk mendirikan organisasi.

Organisasi Budi Utomo berdiri tanggal 20 Mei 1908 oleh para mahasiswa Sekolah Kedokteran (STOVIA) di Jakarta, yaitu Sutomo, Suraji, Gunawan Mangunkusumo. Budi Utomo ini sejak awal sudah menetapkan bidang pendidikan sebagai pusat perhatiannya, dengan wilayah Jawa dan Madura sebagai sasaran. Pro dan kontra selalu mewarnai dalam kehidupan berorganisasi, tak terkecuali Budi Utomo. Pihak yang kontra mendirikan organisasi tandingan Regent Bond, yang anggota-anggotanya berasal dari kalangan bupati penganut status quo yang tidak menginginkan perubahan. Sedang yang pro, yaitu Tirto Kusumo merupakan kalangan muda yang berpikiran maju.

b. Sarekat Islam (1911)




Gambar tokoh Sarekat Islam

Sumber: rahmadsahid.com

Pada awal berdirinya, organisasi ini bernama “Sarekat Dagang Islam”, didirikan oleh Haji Samanhudi pada tahun 1911 dengan tujuan sebagai berikut.

1) Memajukan perdagangan Indonesia di bawah panji panji Islam.

2) Mengadakan persaingan dengan pedagang pedagang Tiongkok.

Karena sifatnya yang merakyat dan pertumbuhannya yang amat pesat, atas usul HOS Cokroaminoto pada tahun 1912 Sarekat Dagang Islam namanya diubah menjadi “Sarekat Islam”. Organisasi Sarekat Islam memiliki tujuan sebagai berikut.

1) Mengembangkan jiwa dagang.

2) Membantu anggota yang mengalami kesulitan dalam berusaha.

3) Memajukan pengajaran dan semua usaha yang mempercepat naiknya derajat rakyat.

4) Memperbaiki pendapat-pendapat yang keliru mengenai agama Islam.

5) Hidup menurut perintah agama Islam.

Dalam perkembangannya, akibat taktik infiltrasi yang dilakukan oleh Patai Komunis Indonesia (PKI), pada tahun 1917 Sarekat Islam pecah menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

1) Sarekat Islam Putih (SI Putih), yaitu Sarekat Islam yang tetap berlandaskan pada asas perjuangan semula, dipimpin oleh HOS Cokroaminoto, Abdul Muis, dan H. Agus Salim.

2) Sarekat Islam Merah (SI Merah), yaitu Sarekat Islam yang telah terpengaruh oleh paham komunis, dipimpin oleh Semaun, Darsono, dan Alimin.

c. Indische Partij (IP)

Indische Partij berdiri pada tanggal 25 Desember 1912, oleh tokoh “Tiga Serangkai”, yaitu: Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara), Douwes Dekker (dr. Danudirja Setiabudi, dan dr.Tjipto Mangunkusumo

Tujuan dari Indische Partij adalah sebagai berikut.

1) Menumbuhkan dan meningkatkan jiwa persatuan semua golongan.

2) Memajukan tanah air dengan dilandasi jiwa nasional

3) Mempersiapkan kehidupan rakyat yang merdeka.

Indische Partij dianggap sebagai “organiasi politik” yang pertama kali berdiri karena organisasi inilah yang pertama kali dengan tegas menyatakan cita citanya mencapai Indonesia merdeka.

Pada tanggal 11 Maret 1913 Indische Partij dinyatakan sebagai organisasi terlarang oleh pemerintah Belanda, karena dianggap membahayakan kepentingan penjajah dan juga karena Belanda merasa malu dengan sindiran Suwardi Suryaningrat yang tertuang dalam tulisan “Als Ikeens Nederlander Was” yang berarti “Andaikan Aku Seorang Belanda’’. Ketiga tokoh tiga serangkai dijatuhi hukuman buang ke negri Belanda dan sejak itu Indische Partij mundur.

d. Muhammadiyah



organisasi muhammadiyah bergerak di bidang sosial dan pendidikan
Gerakan Muhammadiyah didirikan oleh KH.Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912. Asas perjuangannya adalah Islam dan kebangsaan Indonesia. Muhammadiyah bergerak dalam bidang keagamaan, pendidikan, dan sosial budaya yang menjurus kepada tercapainya kebahagiaan lahir dan batin. Tujuan pokoknya ialah menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujudnya masyarakat Islam yang sebenarnya. Beberapa tujuan Muhammadiyah yang sifatnya operasional, antara lain sebagai berikut.

1) Mengembalikan pendidikan dan pengajaran yang berlandaskan agama Islam.

2) Mengembalikan ajaran Islam sesuai Alquran dan hadis serta membolehkan adanya ijtihad.

3) Mengajak umat Islam untuk hidup selaras dengan ajaran agama Islam.

4) Berusaha meningkatkan kasejahteraan hidup umat manusia pada umumnya dan umat Islam pada khususnya.

5) Menyantuni anak yatim piatu.

6) Membina dan menyiapkan generasi muda agar kelak dapat menjadi pemimpinpemimpin masyarakat, agama, dan bangsa yang adil dan jujur.

e. Gerakan Pemuda

Gerakan Pemuda Indonesia sebenarnya telah dimulai sejak berdirinya Budi Utomo namun sejak kongresnya yang pertama perannya telah diambil oleh golongan tua (kaum priayi dan pegawai negeri) sehingga para pemuda kecewa dan keluar dari organisasi tersebut. Baru beberapa tahun kemudian, tepatnya pada Sunardi. Trikoro Dharmo yang diketuai oleh R. Satiman Wiryosanjoyo merupakan organisasi pemuda yang pertama yang anggotanya terdiri atas para siswa sekolah menengah berasal dari Jawa dan Madura. Trikoro Dharmo, artinya tiga tujuan mulia, yakni sakti, budi, dan bakti. Tujuan perkumpulan Trikoro Dharmo sebagai berikut.

1) Mempererat tali persaudaraan antarsiswa bumiputra pada sekolah menengah dan kejuruan.

2) Menambah pengetahuan umum bagi para anggotanya.

3) Membangkitkan dan mempertajam peranan untuk kemajuan bidang bahasa dan budaya.

Tujuan tersebut sebenarnya baru merupakan tujuan perantara. Adapun tujuan yang sebenarnya adalah seperti yang termuat dalam majalah “Trikoro Dharmo” yakni mencapai Jawa Raya dengan jalan memperkukuh rasa persatuan antara pemudapemuda Jawa, Sunda, Madura, Bali, dan Lombok.

Oleh karena sifatnya yang masih Jawa sentris, para pemuda di luar Jawa (tidak berbudaya Jawa) kurang senang. Untuk menghindari perpecahan, pada kongresnya di Solo pada tanggal 12 Juni 1918 namanya diubah menjadi Jong Java (Pemuda Jawa). Sesuai dengan anggaran dasarnya, Jong Java ini bertujuan untuk mendidik para anggotanya supaya kelak dapat menyumbangkan tenaganya untuk membangun Jawa Raya dengan jalan mempererat persatuan, menambah pengetahuan, dan rasa cinta pada budaya sendiri.

Sejalan dengan munculnya Jong Java, pemuda-pemuda di daerah lain juga membentuk organisasi-organisasi, seperti Jong Sumatra Bond, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Ambon, Jong Selebes, Jong Batak, Pemuda Kaum Betawi, Sekar Rukun, Timorees Verbond, dan lain-lain. Pada dasarnya semua organisasi itu masih bersifat kedaerahan, tetapi semuanya mempunyai cita-cita ke arah kemajuan Indonesia, khususnya memajukan budaya dan daerah masing-masing.

1) Kongres Pemuda I

Lama kelamaan sifat kedaerahan organisasi pemuda itu hilang. Mereka menyadari bahwa mereka sebenarnya satu bangsa. Karena itu, mereka berusaha menyatukan semua organisasi itu menjadi satu organisasi tunggal.

Pada bulan November 1925, beberapa tokoh pemuda mengadakan pertemuan di Jakarta. Para pemuda itu sepakat untuk mengadakan pertemuan yang lebih luas. Untuk itu dibentuk sebuah panitia. M. Tabrani diangkat sebagai ketua sedangkan Sumarmo sebagai wakilnya (keduanya dari Jong Java). Jamaluddin Adinegoro (JSB) sebagai sekretaris, Suwarso (Jong Java) sebagai bendahara. Anggota lainnya adalah Bahder Johan dan Sarbini (JSB), Jan Toule Soulehua (Jong Ambon), Paul Pinantoan (Pelajar Minahasa), Hamami (Sekar Rukun), dan Sanusi Pane (Jong Bataksbond).

Bulan April 1926 mereka mengadakan kongres yang disebut Kongres Pemuda I yang dihadiri oleh berbagai organisasi pemuda. Beberapa tokoh pemuda menyampaikan pidato tentang persatuan Indonesia. Mohammad Yamin berpidato tentang perkembangan bahasa di kemudian hari. Sementara itu M. Tabrani mengajak semua organisasi pemuda dilebur menjadi organisasi tungal. Kongres Pemuda I berhasil mencapai tujuannya. Semua organisasi pemuda mengakui perlunya persatuan. Akan tetapi, bentuk persatuan belum mereka sepakati. Sebagian setuju menghendaki membentuk organisasi tunggal, sebagian lagi setuju membentuk federasi. Artinya organisasi yang sudah ada tidak perlu dibubarkan, tetapi menjadi anggota federasi.

2) Kongres Pemuda II

Tokoh-tokoh pemuda tidak putus asa. Sesudah Kongres Pemuda I, mereka sering mengadakan pertemuan. Akhirnya dicapai kesepakatan tentang hal berikut.

a) Cita-cita Indonesia merdeka harus menjadi cita-cita semua putra Indonesia.

b) Semua organisasi pemuda harus disatukan dalam wadah tunggal. Pada bulan Mei 1928, mereka bertemu lagi.

Pada pertemuan tersebut, untuk mengadakan kongres berikutnya, dan menyusun panitia, yaitu sebagai berikut.

a) Ketua: Sugondo Joyopuspito.

b) Wakil Ketua: Joko Marsaid.

c) Sekretaris: Mohammad Yamin.

d) Bendahara: Amir Syarifuddin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar