Gambar Artefak Zaman Praaksara
Masa praaksara antara satu bangsa dengan bangsa yang lain berbeda sesuai dengan kemampuan manusia pendukungnya mengenal aksara. Penemuan fosil dan artefak di Indonesia menjelaskan tentang manusia purba yang pernah ada di Indonesia dan bagaimana cara manusia purba bertahan hidup. Selain itu, penemuan tersebut membawa kita kepada asal nenek moyang bangsa Indonesia. Alat-alat yang ditinggalkan oleh manusia purba tersebut, menjadi sebuah rute yang dapat menelusuri dimana awal dan akhirnya. Zaman Praaksara dimulai sejak manusia ada di muka bumi sampai dengan saat manusia mengenal tulisan. Sejarah dan praaksara berbicara mengenai peristiwa atau kejadian yang berlangsung pada masa lalu. Perbedaannya, sejarah meninggalkan bukti-bukti tertulis, sedangkan praaksara meninggalkan bukti-bukti yang tidak menorehkan tulisan.
A. Kehidupan Manusia pada Masa Praaksara
Kehidupan manusia pada zaman praaksara senantiasa mengalami perubahan dan perkembangan. Semua itu bertahap dan melalui proses yang sangat lama. Tentunya corak kehidupan yang saat ini kita lakukan adalah perkembangan dari corak kehidupan pada zaman praaksara. Untuk itu marilah kita menelaah “Corak Kehidupan Masyarakat Praaksara”
1. Mengenal Masa Praaksara
Praaksara berasal dari gabungan kata pra dan aksara. Pra artinya sebelum dan aksara berarti tulisan. Dengan demikian, yang dimaksud masa praaksara adalah masa sebelum manusia mengenal bentuk tulisan. Masa praaksara disebut juga dengan masa nirleka (nir artinya tidak ada, dan leka artinya tulisan), yaitu masa tidak ada tulisan. Masa praaksara disebut juga dengan masa prasejarah,yaitu suatu masa dimana manusia belum mengenal tulisan.
Kehidupan manusia pada masa praaksara disebut sebagai kehidupan manusia purba. Manusia muncul di permukaan bumi kira-kira 3 juta tahun yang lalu bersama dengan terjadinya berkali-kali pengesan atau glasiasi dalam zaman yang disebut kala plestosen.
Kurun waktu pada masa praaksara diawali sejak manusia ada dan berakhir sampai manusia mengenal tulisan. Aksara atau tulisan merupakan hasil kebudayaan manusia. Fungsi utama dari aksara yaitu untuk berkomunikasi dan membaca tentang sesuatu. Berakhirnya masa praaksara setiap bangsa tidaklah sama. Bangsa Mesir telah mengenal tulisan. Sebaliknya, bangsa Australia baru mengenal tulisan sekitar awal abad ke-20. Berarti penduduk asli bangsa Australia aru meninggalkan masa praaksara pada awal abad ke-20.
Bangsa Indonesia meninggalkan masa praaksara kira-kira pada tahun 400 masehi. Hal ini diketahui dari adanya batu bertulis yang terdapat Muara Kaman, Kalimantan Timur. Prasasti tersebut tidak berangkat tahun, namun bahasa dan bentuk huruf yang dipakai memberi petunjuk bahwa prasasti itu dibuat sekitar tahun 400 Masehi.
2. Periodisasi masa praaksara
Untuk mengetahui perkembangan manusia sejak awal kehidupannya, kita perlu mempelajari terlebih dahulu periodisasi atau pembabakan zaman di muka bumi. Periodisasi adalah pembabakan waktu yang digunakan untuk berbagai peristiwa.Periodisasi masa praaksara terbagi menjadi secara geolois dan arkeologis.
a. Periodisasi secara geologis
Menurut para ahli geologi, sejarah perkembangan bumi terbagi menjadi empat periode, yaitu sebagai berikut.
1) Zaman Arkaikum atau Azoikum (Zaman Tertua)
Gambar: Zaman Arkaikum atau Azoikum
Zaman ini berlangsung kurang lebih 2.500 juta tahun. Keadaan kulit bumi masih labil, masih menyerupai gumpalan bola gas, dan kulit bumi sangat panas karena masih dalam proses pembentukan. Oleh karena itu, pada zaman ini belum ada tanda-tanda kehidupan.
2) Zaman Palaeozoikum atau Zaman Primer (Zaman Kehidupan Tua)
Gambar: Zaman Palaeozoikum atau Zaman Primer
Zaman ini berlangsung kurang lebih 340 juta tahun. Keadaan bumi masih belum stabil, iklim masih berubah-ubah dan curah hujan sangat besar, secara berangsur-angsur tempratur bumi mendingin. Akan tetapi pada zaman ini mulai ada tanda-tanda kehidupan seperti makhluk bersel satu atau mikroorganisme, hewan-hewan kecil yang tidak bertulang punggung, jenis-jenis ikan, amfibi dan reptil. Adapula jenis-jenis tumbuhan ganggang dan rerumputan.
Zaman ini ditandai dengan munculnya kehidupan darat yang berasal dari air. Pada masa itu telah muncul tumbuhan dan hewan dan berkembang pertama kalinya, termasuk tumbuhan paku, paku ekor kuda, amfibi, serangga,dan reptil. Pada zaman Palaeozoikum mulai muncul tanda-tanda kehidupan, antara lain munculnya binatang-binatang kecil yang tidak bertulang punggung, berbagai jenis ikan, amfibi, dan reptil. Zaman Palaeozoikum (zaman kehidupan tua) berlangsung kira-kira sejak 340 juta tahun silam.
Zaman Palaeozoikum ini dibagi menjadi 5 bagian, yaitu:
a. Kambrium
Kambrium adalah periode pada skala waktu geologi yang dimulai pada sekitar 542 ± 1,0 jtl (juta tahun lalu) dan berakhir pada sekitar 488,3 ± 1,7 juta tahun yang lalu. Mulai muncul adanya tanda-tanda kehidupan di bumi, seperti : kerang dan ubur-ubur. Periode ini merupakan periode pertama era Paleozoikum. Kelimpahan makhluk hidup yang di temukan pada periode ini kemungkinan berhubungan dengan evolusi skeleton (rangka). Hal tersebut di tunjukan oleh fosil hewan ditemukan yang mempunyai skeleton
b. Silur
Silur adalah periode pada skala waktu geologi yang berlangsung mulai akhir periode Ordovisium, sekitar 443,7 ± 1,5 juta tahun lalu, hingga awal periode Devon, sekitar 416,0 ± 2,8 juta tahun yang lalu. Mulai ada tanda-tanda kehidupan hewan bertulang belakang tertua. Seperti : ikan. Dalam era Paleozoik mulai terjadi penguasaan daratan oleh makhluk hidup.
c. Devon
Devon adalah periode pada skala waktu geologi yang termasuk dalam era Paleozoikum dan berlangsung antara 416 ± 2,8 hingga 359,2 ± 2,5 juta tahun yang lalu. Mulai ada tanda-tanda kehidupan binatang jenis amphibi tertua.
d. Karbon
Karbon adalah suatu periode dalam skala waktu geologi yang berlangsung sejak akhir periode Devon sekitar 359,2 ± 2,5 juta tahun yang lalu hingga awal periode Perm sekitar 299,0 ± 0,8 juta tahun yang lalu. Nama "karbon" diberikan karena adanya lapisan tebal kapur pada periode ini yang ditemukan di Eropa Barat. Mulai ada tanda-tanda kehidupan binatang merayap jenis reptil.
e. Perm
“Perm” adalah nama sebuah propinsi tua di dekat pegunungan Ural, Rusia. Reptilia meningkat dan serangga modern muncul, begitu juga tumbuhan konifer dan Grikgo primitif. Hewan Ampibi menjadi kurang begitu berperan. Zaman perm diakhiri dengan kepunahan micsa dalam skala besar, Tribolit, banyak koral dan ikan menjadi punah.
Benua Pangea bergabung bersama dan bergerak sebagai satu massa daratan, Lapisan es menutup Amerika Selatan, Antartika, Australia dan Afrika, membendung air dan menurunkan muka air laut. Iklim yang kering dengan kondisi gurun pasir mulai terbentuk di bagian utara bumi. Perm atau permian adalah periode dalam skala waktu geologi yang berlangsung antara 299,0 ± 0,8 hingga 251,0 ± 0,4 juta tahun yang lalu. Periode ini merupakan periode terakhir dalam era Paleozoikum. Mulai ada tanda-tanda kehidupan hewan darat, ikan air tawar, dan amphibi. Zaman ini diakhiri dengan kepunahan massal.
3) Zaman Mesozoikum atau Zaman Skunder (Zaman Kehidupan Pertengahan)
Zaman ini berlangsung kurang lebih 140 juta tahun. iklim semakin membaik.Pohon-pohon yang besar dan hewan yang hidup di darat mulai muncul. Beberapa jenis amfibi tumbuh menjadi besar sekali bahkan ada yang melebihi seekor buaya. Mulai muncul beragam hewan bertubuh besar seperti berbagai jenis hewan reptil dinosaurus dan gajah purba atau mamut. Menjelang berakhirnya masa ini mulai muncul berbagai jenis burung dan binatang menyusui.
Gambar: Reptil zaman Mesozoikum
Masa mesozoikum dikenal sebagai zaman reptil: dinosaurus menjadi penguasa hampir sepanjang masa ini, namun kemudian punah secara mendadak pada 65 juta tahun yang lalu, hal ini diperkirakan akibat tumbukan meteorid raksasa, yang membuat bumi diliputi debu. Pada akhir masa ini mulai muncul jenis mamalia.
4) Zaman Neozoikum atau Kainozoikum (Zaman Kehidupan Baru)
Zaman ini berlangsung kurang lebih 60 juta tahun yang lalu sampai sekarang. Keadaan bumi semakin membaik, perubahan cuaca tidak begitu besar dan kehiddupan berkembang dengan pesat. Zaman ini dibagi atas dua zaman yaitu zaman tersier dan zaman kwarter.
a) Zaman Tersier(Zaman Ketiga)
Pada zaman ini binatang-binatang menyusui berkembang pesat, sedangkan reptil-reptil raksasa lambat laun lenyap. Hal terpenting pada zaman ini munculnya jenis perimata seperti kera dan monyet. Setelah zaman reptil raksasa punah, terjadi perkembangan jenis kehidupan lain seperti munculnya primata dan burung tak bergigi berukuran besar yang menyerupai burung unta.Sementara itu, muncul pula fauna laut seperti ikan dan moluska,sangat mirip dengan fauna laut yang hidup sekarang.Sedangkan tumbuhan berbunga terus berevolusi menghasilkan banyak variasi seperti semak belukar, tumbuhan merambat,dan rumput.
b) Zaman Kwarter (Zaman Keempat)
Zaman kuarter adalah merupakan zaman yang terpenting karena dimulainya adanya kehidupan manusia. Zaman ini dibagi menjadi dua, yaitu zaman pleistosen dan holosen.
Pembagian zaman kuarter sebagai berikut.
(1) Zaman pleistosen(Dillivium)
Gambar: Zaman pleistosen
Zaman ini berlangsung sekitar 600.000 tahun. Zaman ini disebut juga zaman es(zaman glacial).pada kala pleistosen diperkirakan manusia purba mulai muncul. Disebut zaman glasial karena temperature bumi saat itu sanagat rendah dan gletser yang berada di wilayah kutub utara mencair hingga menutupi sebagian benua-benua besar seperti Asia,Eropa dan amerika .meluasnya permukaan es menyebabkan turunnya permukaan air laut.pada saat itu di Indonesia bagian barat terbentuk paparan Sunda dan di sebelah timur paparan Sahul,zaman plestosin terdiri dari tiga lapisan yaitu sebagai berikut.
(a) Plestosiin bawah dengan manusia pendukung yaitu pithecanthropus robustus,pithechanthropus mojokertensis,dan meganthrpus palaeojavanicus
(b) Plestosin tengah dengan manusia pendukung pithecanthropus erectus
(c) Plestosin atas dengan manusia pendukung yaitu homo wajakensis dan homo solooensis
(2) Zaman holosen (Dlivium)
Zaman ini berlangsung kira-kira 20.000 tahun yang lalu dan berkembang sampai sekarang. Homo Sapiens sama dengan manusia zaman sekarang, manusia modern seperti manusia sekarang,diperkirakan muncul pada kala Holosen ini.
Gambar: Manusia hidup di masa holosen
b. Periodisasi secara arkeologis
Arkeologi merupakan ilmu yang mempelajari kehidupan masa lampau melalui benda-benda artefak. Dari hasil penelitian para ahli arkeologi, maka tabir kehidupan masyarakat prasejarah Indonesia dapat diketahui. Berdasarkan penggalian arkeologi maka masa Praaksara dikategorikan menjadi 2 yaitu sebagai berikut.
1) Zaman Batu
Zaman batu menunjuk pada suatu periode di mana alat-alat kehidupan manusia umumnya/dominan terbuat dari batu, walaupun ada juga alat-alat tertentu yang terbuat dari kayu dan tulang. Dari alat-alat peninggalan zaman batu tersebut, melalui Metode Tipologi (cara menentukan umur berdasarkan bentuk atau tipe benda peninggalan), maka zaman batu dibedakan lagi menjadi 3 periode/masa, yaitu sebagai berikut.
a) Palaeolithikum (zaman Batu Tua)
Pengertian paleolithikum, berasal dari dua kata yaitu paleos yang artinya tua dan lithikum dari kata lithos yang berarti batu, karena itu zaman paleolithikum sering disebut juga dengan zaman batu tua. Zaman batu tua diperkirakan berlangsung selama 50.000-10.000 SM.
Gambar peralatan pada zaman batu tua
Pada zaman ini memiliki ciri-ciri khusus, yaitu sebagai berikut.
(1) Peralatan terbuat dari batu atau tulang yang masih kasar.
(2) Jenis alat yang dipergunakan adalah kapak genggam, kapak perimbas dan alat serpih.
(3) Manusia hidup mencari makan dengan meramu dan berburu.
(4) Bertempat tinggal secara nomaden (berpindah-pindah).
(5) Belum mengenal seni.
b) Mesolithikum (zaman Batu Tengah)
Zaman ini disebut juga dengan zaman batu tengah atau zaman batu madya, yang diperkirakan berlangsung pada masa holosen (10.000-20.000 tahun yang lalu). Zaman batu madya (mesolithicum) memiliki ciri-ciri khusus yang hampir sama dengan zaman palaeolithicum. Namun, ada beberapa tambahan sebagai berikut.
(1) Ditemukan Kjokkenmoddinger, yaitu: bukit-bukit karang hasil sampah dapur.
(2) Ditemukan Abris Sous Roche, yaiu gua-gua sebagai tempat tinggal.
(3) Manusia zaman ini sudah mengenal seni yang berupa lukisan pada dinding gua. Lukisan ini berbentuk cap tangan dan babi hutan.
(4) Alat yang digunakan disebut peble atau kapak Sumatera.
(5) Sudah mulai mengenal kepercayaan.
Gambar: Peninggalan masa Mesolithikum (zaman Batu Tengah)
c) Neolithikum (zaman Batu Baru)
Zaman Neolitikum berarti zaman batu muda.Di Indonesia,zaman Neolitikum dimulai sekitar 1.500 SM. Zaman ini merupakan revolusi pada masa prasejarah. Telah terjadi perubahan yang mendasar pada corak kehidupan dan cara bertempat tinggal maupun peralatan hidupnya. Zaman ini telah mengenal hasil-hasil kebudayaan sebagai berikut. Manusia pada zaman ini sudah mulai mengenal cara bercocok tanam meskipun masih sangat sederhana, selain kegiatan berburu yang masih tetap dilakukan. Manusia purba pada masa neolithikum sudah bisa menghasilkan bahan makanan sendiri atau biasa disebut food producing.
Peralatan yang digunakan pada masa neolithikum sudah diasah sampai halus, bahkan ada peralatan yang berbentuk sangan indah. Peralatan yang diasah pada masa itu adalah kapak lonjong dan kapak persegi.
(1) Peralatan sudah dihaluskan bahkan diberi tangkai.
(2) Jenis alat yang diguakan adalah kapak persegi dan lonjong.
(3) Pakaiannya terbuat dari kulit kayu. Perhiasannya terbuat dari batu dan manik-manik.
(4) Telah bertempat tinggal menetap/sedenter.
(5) Telah memiliki kemampuan bercocok tanam.
(6) Telah menganut kepercayaan animisme dan dinamisme.
Gambar peninggalan zaman batu baru
d) Megalithikum (zaman Batu Besar)
Zaman Meghalitikum (mega berarti besar, dan lithikum atau lithos berarti batu). Disebut juga zaman batu besar. Disebut zaman megalitikum karena pada zaman ini ditemukan peralatan yang terbuat dari batu-batu besar. Adapun hasil-hasil kebudayaan zaman ini adalah benda-benda berikut.
(1) Menhir yaitu suatu tugu yang terbuat dari batu besar. Biasanya menhir ini digunakan untuk tempat memuja arwah leluhur.
(2) Dolmen yaitu meja batu yang digunakan untuk meletakkan sesaji.
(3) Kubur batu yaitu tempat menyimpan mayat. Kubur batu ini berbentuk persegi panjang, dan terbuat dari lempengan-lempengan batu.
(4) Waruga adalah kubur batu yang berbentuk kubus.
(5) Sarkofagus adalah kubur batu yang berbentuk lesung. Sarkofagus terbuat dari satu batu.
(6) Punden berundak merupakan suatu bangunan yang terbuat dari batu. Batu-batu itu di susun berundak-undak atau bertingkat.
7) Sarkofagus adalah peti mati dari satu batu utuh terdiri atas wadah dan tutup.
Gambar: Peninggalam masa Megalithikum (zaman Batu Besar)
2) Zaman Logam
Pada zaman logam, manusia sudah dapat membuat peralatan dari logam yang ternyata lebih kuat dan mudah dikerjakan daripada batu. logam harus dilebur dahulu sebelum dipakai sebagai bahan pembuatan peralatan manusia.Oleh karena itu, pada zaman logam, kebudayaan manusia mestinya lebih tinggi daripada zaman batu.
Zaman logam menurut perkembangannya dibedakan menjadi 3, yaitu sebagai berikut.
a) Zaman perunggu
Disebut zaman perunggu karena pada zaman ini dihasilkan perlatan kehidupan yang dibuat dari perunggu. Peralatan itu dibuat dengan 2 macam teknik. Ada yang dibuat dengan teknik cetak hilang (a cire perdue) dan ada yang dibuat dengan cetak ulang (bivalve). Peralatan kehidupan yang dibuat dari bahan perunggu ini meliputi: Nekara, Moko, Kapak corong, Arca perunggu, Bejana perunggu dan Perhiasan perunggu.
b) Zaman tembaga
Indonesia tidak mengalami zaman tembaga. Hal ini dibuktikan dengan tidak ditemukannya peninggalan-peninggalan benda tembaga purba di Indonesia. Setelah zaman perunggu, bangsa Indonesia langsung memasuki zaman besi.
c) Zaman besi
Kebudayaan besi banyak menghasilkan benda berupa peralatan hidup dan senjata. Senjata-senjata yang dihasilkan pada zaman besi ini adalah tombak, mata panah, cangkul, sabit dan mata bajak. Benda peninggalan zaman besi ini diperkirakan cukup banyak, tetapi tidak banyak ditemukan, karena sifat benda ini yang mudah berkarat. Banyaknya benda peninggalan sejarah di atas menunjukkan bahwa nenek moyang kita sebagai bangsa yang memiliki daya kreativitas tinggi.

Gambar: Peninggalan zaman logam
c. Periodisasi berdasarkan perkembangan kehidupan
Berdasarkan perkembangan kehidupan manusia pada zaman Praaksara, periodisasi pada masa tersebut dikategorikan menjadi tiga tahap, yaitu sebagai berikut.
1) Masa berburu dan mengumpulkan makanan
Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan dikategorikan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
a) Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana
Manusia yang hidup pada masa ini masih rendah tingkat peradabannya dan diperkirakan sezaman dengan masa Palaeolithikum. Mereka hidup berpindah dari tempat yang satu ke tempat yang lain (mengembara). Mata pencarian pada masa ini di antaranya sebagai pemburu binatang, penangkap ikan, dan meramu (mencari dan mengumpulkan makanan) seperti umbi-umbian, buah-buahan dan daun-daunan yang ditemukan di sekitar lingkungan mereka. Manusia pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana hidup secara berkelompok yang tersusun dari keluarga-keluarga kecil. Anggota kelompok laki-laki melakukan perburuan dan perempuan mengumpulkan makanan dari tumbuh-tumbuhan serta hewan-hewan kecil.
Gambar: berburu hewan untuk dijadikan makanan pada zaman dahulu
Dengan demikian, kehidupan manusia pada periode ini masih sangat bergantung pada alam. Jika sumber makanan di sekitar tempat mereka menipis atau sudah habis, mereka berpindah ke tempat lain yang banyak terdapat binatang buruan dan bahan makanan. Mereka juga mencari tempat-tempat yang ada airnya. Tempat yang mereka pilih biasanya di padang-padang rumput diselingi semak belukar, yang sering dilalui binatang buruan. Namun, adakalanya mereka memilih tempat tinggal di tepi pantai, sebab di situ mereka dapat mencari kerang dan binatang-binatang laut lainnya.
Selain itu, mereka sudah mampu membuat alat-alat sederhana dari batu, tulang, maupun kayu namun masih berbentuk kasar. Alat-alat tersebut antara lain alat serpih yang digunakan sebagai pisau, peraut, gurdi, mata panah, dan untuk menguliti umbi-umbian. Ada juga alat-alat batu inti yang terdiri atas kapak perimbas, kapak penetak, pahat genggam, dan kapak genggam.
b) Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut
Manusia pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut sudah mengenal cara memelihara dan mengembangbiakkan binatang serta bercocok tanam menggunakan sistem berladang yaitu menebang hutan, kemudian membersihkan, dan menanaminya. Beberapa kali tanah ladang tersebut dipergunakan, dan setelah kesuburannya berkurang, pindah ke tempat lain. Periode ini diperkirakan sezaman dengan Mesolithikum, karena kehidupan manusia pada masa ini sudah mengalami perkembangan dibandingkan dengan masa sebelumnya. Manusia mulai hidup menetap walaupun hanya untuk sementara waktu dan mulai mengenal cara bercocok tanam sederhana. Namun daripada itu, adanya lukisan di dinding gua atau dinding karang sebagai wujud kegiatan manusia yang menghasilkan sesuatu yang belum dicapai pada masa sebelumnya. Kehidupan sosial pada masa ini masih tetap dipengaruhi oleh cara hidup pada masa sebelumnya yaitu melakukan perburuan hewan, menangkap ikan, mencari kerang, dan mengumpulkan makanan dari lingkungan di sekitarnya.
Meskipun demikian, kehidupan manusia yang secara berkelompok mulai hidup menetap dengan memilih gua yang letaknya cukup tinggi, terutama di lereng bukit serta dekat dengan sumber mata air. Selama bertempat tinggal di gua tersebut, mereka melukiskan gambar tangan, binatang, atau bentuk lainnya pada dinding gua dengan cara menggores maupun memberi warna merah, hitam, dan putih. Lukisan tersebut menandakan berkembangnya kepercayaan tertentu, misalnya untuk membuat kekuatan pelindung guna mencegah roh jahat diwakili dengan lukisan tangan dengan latar belakang warna merah atau tanda berkabung yang diwakili gambar cap tangan dengan jari tidak lengkap. Selain itu, kemampuan manusia pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut sudah mengalami kemajuan, terutama dalam membuat alat-alat atau perkakas yang umumnya lebih halus daripada masa sebelumnya. Misalnya alat yang terbuat dari tulang dan tanduk sebagai penggali umbi-umbian dan kapak Sumatra dari batu kerakal yang dibelah tengah, sehingga satu sisinya cembung halus dan sisi lainnya kasar.
2) Masa bercocok tanam
Masa bercocok tanam diperkirakan sezaman dengan Neolithikum. Pada masa ini, manusia tidak lagi sepenuhnya bergantung pada alam, karena sudah mampu mengolah alam untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kebutuhan makanan dipenuhi dengan cara membabat hutan dan semak belukar untuk ditanami berbagai jenis tanaman sehingga terciptalah ladang-ladang yang memberikan hasil pertanian. Selain bercocok tanam, mereka juga mengembangbiakkan hewan ternak seperti ayam, kambing, sapi, kerbau, dan hewan ternak lainnya. Meskipun sudah bercocok tanam dan memelihara hewan ternak, kegiatan berburu dan mengumpulkan hasil hutan masih tetap dilakukan. Dengan demikian, peradaban mereka sudah mencapai tingkatan yang cukup tinggi. Manusia pada masa bercocok tanam diperkirakan sudah melakukan kegiatan perdagangan meskipun bersifat barter. Barang yang dipertukarkan pada waktu itu berupa hasil-hasil pertanian, hasil kerajinan tangan seperti gerabah dan beliung, maupun ikan laut yang dikeringkan. Ikan laut sangat diperlukan oleh mereka yang bertempat tinggal di pedalaman. Dengan hidup menetap telah memberi kesempatan bagi manusia untuk menata kehidupan secara teratur.
Gambar: Bercocok tanam pada zaman Neolithikum
Mereka hidup menetap di suatu tempat secara berkelompok dan membentuk masyarakat perkampungan sederhana yang dipimpin oleh kepala kampung. Kepala kampung merupakan tokoh yang disegani, dihormati, dan ditaati oleh penduduk kampung yang dipimpinnya. Kegiatan yang banyak menghabiskan tenaga dilakukan oleh laki-laki seperti membabat hutan, menyiapkan ladang untuk ditanami, membangun rumah atau membuat perahu. Adapun kegiatan menabur benih di ladang yang sudah disiapkan, merawat rumah, dan kegiatan lain yang tidak memerlukan tenaga besar dilakukan oleh perempuan. Selain itu, manusia pada periode bercocok tanam makin mahir membuat berbagai macam perkakas dengan fungsi beraneka ragam dan hasilnya sudah halus. Misalnya untuk kegiatan sehari-hari, perhiasan, maupun sebagai alat upacara keagamaan.
Alat-alat tersebut antara lain kapak lonjong digunakan sebagai cangkul untuk menggarap tanah dan sebagai kapak biasa; perhiasan berupa gelang dari batu dan kulit kerang; alat pemukul kulit kayu digunakan untuk memukul-mukul kulit kayu hingga halus; berbagai jenis gerabah; dan kapak persegi yang digunakan untuk mengerjakan kayu, menggarap tanah, dan alat upacara keagamaan. Dibuatnya berbagai alat upacara keagamaan karena berkembang kepercayaan bahwa roh seseorang tidak lenyap pada saat meninggal dunia. Oleh karena itu, diadakan upacara tertentu pada waktu penguburan, misalnya dengan dibekali bermacam-macam barang keperluan sehari-hari seperti perhiasan, periuk, atau pun barang-barang lain yang dikubur bersama-sama. Pada masa ini mulai berkembang tradisi mendirikan bangunan-bangunan besar dari batu. Bangunan tersebut menjadi media penghormatan, tempat singgah, dan menjadi lambang bagi orang yang sudah meninggal tersebut. Hal ini didasari oleh kepercayaan tentang adanya hubungan antara yang hidup dan mati, terutama kepercayaan yang memiliki pengaruh kuat dari orang yang telah mati terhadap kesejahteraan masyarakat dan kesuburan tanaman.
3) Masa perundagian
Masa perundagian diperkirakan sezaman dengan periode perunggu. Pada masa ini, peradaban manusia sudah maju tingkatannya dan hidup menetap di perkampungan yang lebih besar serta teratur. Perkampungan ini terbentuk dari bersatunya beberapa kampung hingga jumlah kelompok penduduk bertambah banyak. Masyarakat tersusun dalam kelompok yang beragam. Ada kelompok petani, ada pedagang, ada pula kelompok undagi (perajin/tukang). Teknologi pembuatan alat-alat atau perkakas jauh lebih tinggi dibandingkan dengan masa sebelumnya. Dapat dikatakan bahwa masa perundagian sebagai akhir masa praaksara di Indonesia. Kata perundagian sendiri berasal dari bahasa Bali, undagi, yang artinya seseorang atau sekelompok orang atau segolongan orang yang mempunyai kepandaian atau keterampilan jenis usaha tertentu. Misalnya pembuatan gerabah, pembuatan perhiasan, atau pembuatan sampan.
Gambar: Kehidupan manusia pada zaman perundagian
Kegiatan kehidupan yang mereka lakukan tidak lagi sekadar untuk memenuhi kebutuhan hidup, namun meningkatkan kesejahteraan. Kegiatan pertanian di ladang dan sawah masih tetap dilakukan dengan menggunakan pengaturan air. Hasil pertanian disimpan untuk masa kering dan diperdagangkan ke daerah lain. Kegiatan peternakan juga sudah berkembang, hewan ternak yang dipelihara lebih beragam dari masa sebelumnya. Masyarakat telah mampu beternak kuda dan berbagai jenis unggas. Namun demikian, berburu binatang liar masih tetap dilakukan seperti harimau, ular, dan rusa/kijang untuk menambah mata pencarian maupun bertujuan untuk menunjukkan tingkat keberanian dan kegagahan dalam suatu lingkungan masyarakat. Pada masa perundagian, perdagangan masih bersifat barter, namun telah menjangkau tempat-tempat yang jauh (antarpulau) dengan barang-barang yang dipertukarkan makin beragam. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya nekara di Selayar dan Kepulauan Kei yang dihiasi lukisan gajah, merak, dan harimau. Hal ini menunjukkan bahwa nekara berasal dari daerah Indonesia bagian barat, karena binatang-binatang ini tidak terdapat di wilayah Indonesia bagian timur.
Kepercayaan yang berkembang masih melanjutkan kepercayaan pada masa sebelumnya. Masyarakat meyakini bahwa arwah nenek moyang berpengaruh terhadap perjalanan hidup masyarakatnya. Oleh karena itu, arwah nenek moyang harus selalu dihormati dengan melaksanakan berbagai upacara. Kemajuan tersebut juga memengaruhi bidang seni seperti seni lukis, seni ukir/pahat, seni patung, dan seni bangunan. Hal ini bisa dilihat dengan meningkatnya pemahatan arca dan pendirian bangunan batu untuk pemujaan.
3. Nilai-nilai budaya masa praaksara di Indonesia
Kehidupan masyarakat praaksara sudah memiliki kebudayaan yang cukup maju, di mana terdapat nilai-nilai budaya dan tradisi yang dapat kita ambil sebagai pelajaran dan suri teladan. Nilai-nilai budaya dan tradisi tersebut masih terlihat dalam kehidupan masyarakat Indonesia hingga sekarang. Dengan memiliki nilai kebudayaan tersebut, maka masyarakat praaksara mampu mengadakan hubungan dan menerima pengaruh kebudayaan baru yang datang dari luar tanpa mengorbankan kebudayaan mereka sendiri.
a. Tradisi bercocok tanam
Salah satu cara yang dilakukan oleh masyarakat praaksara untuk memenuhi kebutuhan hidup yaitu dengan bercocok tanam. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya alat pertanian yang berupa beliung persegi.
Gambar masa bercocok tanam zaman praaksara
b. Nilai keadilan
Nilai keadilan sudah diterapkan dalam kehidupan masyarakat praaksara, yaitu adanya pembagian tugas sesuai dengan kemampuan dan keahliannya. Hal ini mencerminkan sikap yang adil karena setiap orang akan memperoleh hak dan kewajiban sesuai kemampuannya. Tugas antara kaum laki-laki berbeda dengan kaum perempuan.
c. Nilai religius (Kepercayaan)
Masyarakat praaksara sudah memiliki kepercayaan terhadap adanya kekuatan ghaib (animisme). Mereka meyakini bahwa kejadian-kejadian alam seperti hujan, petir, banjir, gunung meletus, atau gempa bumi sebagai perbuatan roh halus. Selain itu, juga mempercayai bahwa pohon tinggi besar, hutan lebat, gua yang gelap, maupun tempat lainnya dianggap keramat. Selain percaya kepada roh halus, mereka juga percaya bahwa benda-benda memiliki kekuatan gaib (dinamisme). Misalnya kapak, mata tombak atau benda lainnya. Oleh karena itu, untuk menghindari malapetaka maka roh halus atau makhluk gaib harus selalu dipuja.
d. Tradisi berlayar (Bahari)
Perahu bercadik memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan masa Praaksara, selain sebagai sarana lalu lintas sungai dan laut, perahu bercadik juga berperan sebagai alat penyebaran budaya. Masyarakat praaksara telah mengenal ilmu astronomi yang sangat membantu pada saat mereka berlayar dari pulau ke pulau dengan memakai perahu sederhana. Perahu-perahu cadik merupakan bentuk yang paling umum dikenal pada waktu itu.
e. Nilai gotong royong
Budaya gotong royong terlihat dari peninggalan berupa bangunan-bangunan batu besar yang dibangun secara gotong royong. Masyarakat praaksara hidup secara berkelompok dan bergotong royong untuk kepentingan bersama.
f. Nilai Musyawarah
Dipilihnya pemimpin yang dianggap paling tua (sesepuh) yang mengatur masyarakat dan memberikan keputusan untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bersama. Hal ini menunjukkan bahwa dalam kehidupan berkelompok, masyarakat praaksara telah mengembangkan nilai musyawarah.
4. Nenek moyang Bangsa Indonesia
Kalau kita menengok ke belakang untuk mencoba merunut asal mula nenek moyang bangsa Indonesia, kita akan mendapatkan berbagai gambaran yang cukup beragam. Sebagian besar teori tentang Kebudayaan Prasejarah Indonesia yang datang dari Barat menjelaskan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia datang dari Asia Tenggara (Indochina/Yunnan). Diduga mereka datang dalam dua gelombang migrasi besar yang diperkirakan terjadi sekitar tahun 5000 SM dan tahun 2000 SM. Mereka menyeberang ke kepulauan di Samudera India, kemudian menyebar dari Madagaskar hingga ke Filipina dan Melanesia, yang akhirnya hidup menyatu dengan penduduk asli setempat. Inilah yang disebut sebagai nenek moyang bangsa Indonesia.
a. Penduduk asli (Suku Bangsa Vedda)
Penduduk asli yang tinggal di daerah pedalaman dan penduduk pendatang tinggal di daerah pesisir. Para penduduk asli menyebar ke timur dan mendiami wilayah Papua, Sulawesi Selatan, Kei, Seram, Timor Barat, Flores Barat, dan terus ke timur sampai Kepulauan Melanesia. Beberapa suku bangsa seperti Kubu, Lubu, Talang Mamak yang tinggal di Sumatra dan Toala di Sulawesi merupakan penduduk tertua di Kepulauan Indonesia. Mereka diyakini mempunyai hubungan erat dengan orang Vedda. Oleh sebab itu, salah satu cara untuk mengungkap keragaman ini yaitu menelusuri asal usul nenek moyang bangsa Indonesia.
b. Suku Bangsa Proto Melayu dan Deutro Melayu
Gambar: Peta persebaran Suku Bangsa Proto Melayu dan Deutro Melayu
Von Heine Geldern menyatakan nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari benua Asia (Yunnan, Cina Selatan datang dengan dua gelombang. Gelombang pertama disebut Melayu Tua (Proto Melayu) dan berikutnya disebut dengan Melayu Muda (Deutero Melayu).
1) Proto Melayu (Melayu Tua)
Nenek moyang bangsa Indonesia dari golongan Melayu Tua (Proto Melayu) tiba sekitar tahun 2.000 SM. Kedatangan nenek moyang tersebut sambil membawa kebudayaan neolitikum (batu baru). Mereka tersebar menjadi dua cabang. Cabang pertama dari proto melayu adalah bangsa yang membawa peralatan kapak lonjong. Mereka disebut sebagai ras Papua-Melanesoid. Arah persebarannya dari Yunnan melewati Filipina, kemudian tersebar ke Sulawesi Utara, Maluku, dan ada juga yang sampai ke Papua.
Cabang yang kedua dari nenek moyang dari golongan Proto Melayu disebut Ras Austronesia. Kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia ini bermula dari Yunnan melewati Malaya, Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, dan pula-pulai lainnya. Datangnya nenek moyang tersebut sambil membawa kebudayaan kapak persegi. Setibanya di kepulauan Indonesia, sebagian dari mereka berasimilasi dengan ras Austro-Melanesoid. Sebagian lagi tetap mempertahankan ras aslinya.
Gambar: Suku melayu muda
2) Deutro Melayu (Melayu Muda)
Nenek moyang bangsa Indonesia dari golongan Melayu Muda (Deutro Melayu) tiba di kepulauan Indonesia sekitar tahun 500 SM. Nenek moyang tersebut datang sambil membawa kebudayaan logam yang berasal dari Dongson, Vietnam Utara. Kebudayaan logam tersebut antara lain; candrasa, nekara, manik-manik, arca, dan bejana perunggu. Jalur penyebaran nenek moyang bangsa Indonesia dari golongan ini dimulai dari daratan Asia ke Thailand, Malaysia Barat, dan berlanjut ke tempat-tempat di Indonesia. Gelombang terakhir nenek moyang ini masih tergolong ras Austronesia. Selanjutnya, semakin berkembang ras Papua-Melanesoid, Austronesia, dan sisa ras Austro-Melanesoid melahirkan bermacam-macam suku bangsa yang tersebut di seluruh pelosok Indonesia.
c. Ras Melanesoid
Kedatangan ras Melanesoid diperkirakan pada saat zaman Es terakhir. Pada saat itu Kepulauan Indonesia belum berpenghuni. Ras Melanesoid melakukan perpindahan ke timur hingga ke Papua, yang selanjutnya ke Benua Australia yang awalnya merupakan satu kepulauan dengan Papua. Mereka tersebar di Lautan Pasifik di pulau-pulau yang letaknya di Irian bagian timur dan Benua Australia. Pada perkembangan selanjutnya, terjadi percampuran antara ras Melanesoid dan ras Melayu yang menghasilkan keturunan Melanesoid–Melayu. Saat ini mereka menjadi penduduk Nusa Tenggara Timur dan Maluku.
















Tidak ada komentar:
Posting Komentar