Jumat, 21 Mei 2021

Peninggalan Sejarah Masa Islam di Indonesia ( Materi Kelas VII )

 


Perlu diketahui bahwa, dalam proses integrasi budaya tersebut, tidak terjadi ketegangan yang berarti meskipun ada 3 unsur agama dan kebudayaan yang saling berbeda di dalamnya. Hal ini disebabkan karena tokoh-tokoh Islam pada masa itu tidak bersikap memusuhi, dan justru bersifat saling merangkul. Adapun dalam proses integrasi tersebut, beberapa peninggalan sejarah dapat kita lihat sebagai buktinya hingga kini. Apa saja peninggalan sejarah Islam di Indonesia tersebut? Simak uraiannya berikut ini!

Perubahan Masyarakat Indonesia pada Masa Penjajahan ( Materi Kelas VIII )

 




Manusia dan masyarakatnya senantiasa berubah, begitu juga dengan masyarakat di Indonesia. Masyarakat Indonesia berubah dari waktu ke waktu, mulai dari masa kerajaan, penjajahan, sampai pada masa kemerdekaan. Pada masa penjajahan Belanda dan masa Kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara masyarat juga mengalami perubahan. Perubahan-perubahan tersebut dapat dilihat dari bidang Agama, Sosial, Ekonomi, dan Pendidikan. Berikut beberapa contoh perubahan masyarakat pada masa penjajahan Belanda/Jepang.

Jumat, 23 April 2021

Tumbuh dan Berkembangnya Semangat Kebangsaan ( Materi Kelas VIII SEMESTER 2 )











Gambar semangat kebangsaan

Sumber: nadyasafitri9.blogspot.com

Pada awal ke-20, pemimpin-pemimpin Indonesia sadar bahwa perlawanan bersenjata tidak akan berhasil. Apalagi jika perlawanan itu bersifat kedaerahan. Rasa persatuan dan kebangsaan mulai berkembang. Suku-suku bangsa Indonesia sama-sama menderita di bawah penjajahan. Penderitaan yang sama itu menimbulkan rasa persatuan. Merekapun sadar bahwa mereka adalah satu bangsa.dan mempunyai satu tanah air. Penjajahan Belanda tidak lagi di lawan dengan kekuatan senjata, tetapi dengan kekuatan politik. Disamping itu, dilakukan usaha memajukan pendidikan, meningkatkan ekonomi rakyat, dan mempertahankan kebudayaan. Seluruh rakyat diikutkan dalam perjuangan. Mereka berhimpun dalam berbagai organisasi. Pada bab ini akan diuraikan mengenai semangat kebangsaan Indonesia.

Jumat, 02 April 2021

Perlawanan terhadap Kolonialisme dan Imperialisme ( Materi IPS Kelas VIII )

 



Gambar bentuk perlawanan Indonesia terhadap Kolonialisme dan Imperialisme

Sumber: www.tugassekolah.com

            Secara umum, perlawanan terhadap bangsa Barat di Kepulauan Indonesia dapat dibedakan berdasarkan waktu dan aktornya. Dalam konteks waktu, perlawanan itu dapat dikelompokkan dalam dua periode besar. Pertama, perlawanan terhadap pedagang serakah yang berpolitik yang terjadi sepanjang abad ke-16 sampai akhir abad ke-18. Kedua, perlawanan terhadap pemerintahan Hindia Belanda sejak abad ke-19. Dalam konteks aktor, perlawanan dapat dibedakan antara perlawanan oleh pemerintah atau elite lokal dan perlawanan oleh masyarakat atau rakyat, termasuk didalamnya perlawanan yang dilakukan oleh para migran seperti komunis Cina.

Kehidupan Masyarakat pada Masa Islam ( Materi IPS Kelas VII )

 


Proses penyebaran agama Islam di Indonesia dilakukan dengan berbagai cara, yakni melalui perdagangan, perkawinan, politik, pendidikan ,kesenian, tasawuf sehingga mendukung meluasnya ajaran Islam. Di Pulau Jawa, proses Islamisasi memiliki satu kekhasan. Islamisasi di Jawa dilakukan oleh sekelompok mubalig Islam yang dikenal dengan sebutan walisongo. Selanjutnya untuk menambah pemahaman Anda tentang kerajaan Islam yang berkembang di Indonesia dari awal berdirinya, letak geografis dan perkembangannya dalam kehidupan politik, ekonomi, sosial dan budaya dapat Anda simak pada uraian materi berikut ini.

Jumat, 26 Maret 2021

INDONESIA MASA KEMERDEKAAN ( Materi IPS Kelas IX )



Indonesia mencampai puncak kemerdekaan dalam kurun waktu 73 tahun yang lalu, proklamasi kemerdekaan tersebut dilakukan tanggal 17 Agustus 1945 menjadi titik balik kehidupan bangsa Indonesia. Persitiwa yang sangat penting tersebut mengawali perjuangan Indonesia, bukan lagi melawan penjajahan, tetapi mempertahankan sebuah kemerdekaan yang telah direbut dengan susah payah. Sejak proklamasi lahirlah bangsa Indonesia dan sejak saat itu, pemerintahan dimulai untuk membangun negara yang baru ini menjadi negara yang lebih baik lagi. Indonesia mempunyai pemerintahan sendiri, dari rakyat, oleh rakyatnya sendiri bukan lagi dijadikan bangsa yang terjajah oleh pemerintahan luar.

Kondisi Masyarakat Indonesia pada Masa Penjajahan ( Materi IPS Kelas VIII )

 


Kolonialisme atau Penjajahan adalah suatu sistem di mana suatu negara menguasai rakyat dan sumber daya negara lain tetapi masih tetap berhubungan dengan negara asal, istilah ini juga menunjuk kepada suatu himpunan keyakinan yang digunakan untuk melegitimasikan atau mempromosikan sistem ini, terutama kepercayaan bahwa moral dari pengkoloni lebih hebat ketimbang yang dikolonikan. Penjajahan yang dilakukan tentunya memiliki latar belakang tertentu. Penjajahan belanda terhadap indonesia adalah peristiwa yang selamanya akan tetap menjadi sejarah dan tentunya tidak akan pernah dilupakan oleh rakyat indonesia.

Kehidupan Masyarakat pada Masa Hindu-Buddha ( Materi Kelas VII Semester II )

 Di masa lampau posisi Indonesia yang strategis di tengah-tengah jalur hubungan dagang Cina dengan Romawi, maka timbullah hubungan dagang antara Indonesia dan Cina beserta India. Melalui  hubungan itu juga, maka berkembanglah kebudayaan-kebudayaan yang dibawa oleh para pedagang ke Indonesia. Dalam perkembangannya, hubungan perdagangan antara Indonesia dan India lambat laun Agama Hindu dan Buddha telah masuk dan tersebar di Indonesia. Di mana kemudian kedua keyakinan/agama tersebut dianut pula oleh raja-raja dan para bangsawan. Dari lingkungan raja dan bangsawan itulah Agama Hindu-Buddha tersebar ke lingkungan rakyat biasa.



Jumat, 19 Maret 2021

KEHIDUPAN MASYARAKAT INDONESIA PADA MASA PRAAKSARA ( Materi Kelas VII Sem 2 )











Gambar Artefak Zaman Praaksara




Masa praaksara antara satu bangsa dengan bangsa yang lain berbeda sesuai dengan kemampuan manusia pendukungnya mengenal aksara. Penemuan fosil dan artefak di Indonesia menjelaskan tentang manusia purba yang pernah ada di Indonesia dan bagaimana cara manusia purba bertahan hidup. Selain itu, penemuan tersebut membawa kita kepada asal nenek moyang bangsa Indonesia. Alat-alat yang ditinggalkan oleh manusia purba tersebut, menjadi sebuah rute yang dapat menelusuri dimana awal dan akhirnya. Zaman Praaksara dimulai sejak manusia ada di muka bumi sampai dengan saat manusia mengenal tulisan. Sejarah dan praaksara berbicara mengenai peristiwa atau kejadian yang berlangsung pada masa lalu. Perbedaannya, sejarah meninggalkan bukti-bukti tertulis, sedangkan praaksara meninggalkan bukti-bukti yang tidak menorehkan tulisan.



A. Kehidupan Manusia pada Masa Praaksara

Kehidupan manusia pada zaman praaksara senantiasa mengalami perubahan dan perkembangan. Semua itu bertahap dan melalui proses yang sangat lama. Tentunya corak kehidupan yang saat ini kita lakukan adalah perkembangan dari corak kehidupan pada zaman praaksara. Untuk itu marilah kita menelaah “Corak Kehidupan Masyarakat Praaksara”

1. Mengenal Masa Praaksara

Praaksara berasal dari gabungan kata pra dan aksara. Pra artinya sebelum dan aksara berarti tulisan. Dengan demikian, yang dimaksud masa praaksara adalah masa sebelum manusia mengenal bentuk tulisan. Masa praaksara disebut juga dengan masa nirleka (nir artinya tidak ada, dan leka artinya tulisan), yaitu masa tidak ada tulisan. Masa praaksara disebut juga dengan masa prasejarah,yaitu suatu masa dimana manusia belum mengenal tulisan.

Kehidupan manusia pada masa praaksara disebut sebagai kehidupan manusia purba. Manusia muncul di permukaan bumi kira-kira 3 juta tahun yang lalu bersama dengan terjadinya berkali-kali pengesan atau glasiasi dalam zaman yang disebut kala plestosen.

Kurun waktu pada masa praaksara diawali sejak manusia ada dan berakhir sampai manusia mengenal tulisan. Aksara atau tulisan merupakan hasil kebudayaan manusia. Fungsi utama dari aksara yaitu untuk berkomunikasi dan membaca tentang sesuatu. Berakhirnya masa praaksara setiap bangsa tidaklah sama. Bangsa Mesir telah mengenal tulisan. Sebaliknya, bangsa Australia baru mengenal tulisan sekitar awal abad ke-20. Berarti penduduk asli bangsa Australia aru meninggalkan masa praaksara pada awal abad ke-20.

Bangsa Indonesia meninggalkan masa praaksara kira-kira pada tahun 400 masehi. Hal ini diketahui dari adanya batu bertulis yang terdapat Muara Kaman, Kalimantan Timur. Prasasti tersebut tidak berangkat tahun, namun bahasa dan bentuk huruf yang dipakai memberi petunjuk bahwa prasasti itu dibuat sekitar tahun 400 Masehi.





2. Periodisasi masa praaksara

Untuk mengetahui perkembangan manusia sejak awal kehidupannya, kita perlu mempelajari terlebih dahulu periodisasi atau pembabakan zaman di muka bumi. Periodisasi adalah pembabakan waktu yang digunakan untuk berbagai peristiwa.Periodisasi masa praaksara terbagi menjadi secara geolois dan arkeologis.

a. Periodisasi secara geologis

Menurut para ahli geologi, sejarah perkembangan bumi terbagi menjadi empat periode, yaitu sebagai berikut.

1) Zaman Arkaikum atau Azoikum (Zaman Tertua)




Gambar: Zaman Arkaikum atau Azoikum




Zaman ini berlangsung kurang lebih 2.500 juta tahun. Keadaan kulit bumi masih labil, masih menyerupai gumpalan bola gas, dan kulit bumi sangat panas karena masih dalam proses pembentukan. Oleh karena itu, pada zaman ini belum ada tanda-tanda kehidupan.

2) Zaman Palaeozoikum atau Zaman Primer (Zaman Kehidupan Tua)




Gambar: Zaman Palaeozoikum atau Zaman Primer




Zaman ini berlangsung kurang lebih 340 juta tahun. Keadaan bumi masih belum stabil, iklim masih berubah-ubah dan curah hujan sangat besar, secara berangsur-angsur tempratur bumi mendingin. Akan tetapi pada zaman ini mulai ada tanda-tanda kehidupan seperti makhluk bersel satu atau mikroorganisme, hewan-hewan kecil yang tidak bertulang punggung, jenis-jenis ikan, amfibi dan reptil. Adapula jenis-jenis tumbuhan ganggang dan rerumputan.

Zaman ini ditandai dengan munculnya kehidupan darat yang berasal dari air. Pada masa itu telah muncul tumbuhan dan hewan dan berkembang pertama kalinya, termasuk tumbuhan paku, paku ekor kuda, amfibi, serangga,dan reptil. Pada zaman Palaeozoikum mulai muncul tanda-tanda kehidupan, antara lain munculnya binatang-binatang kecil yang tidak bertulang punggung, berbagai jenis ikan, amfibi, dan reptil. Zaman Palaeozoikum (zaman kehidupan tua) berlangsung kira-kira sejak 340 juta tahun silam.

Zaman Palaeozoikum ini dibagi menjadi 5 bagian, yaitu:

a. Kambrium

Kambrium adalah periode pada skala waktu geologi yang dimulai pada sekitar 542 ± 1,0 jtl (juta tahun lalu) dan berakhir pada sekitar 488,3 ± 1,7 juta tahun yang lalu. Mulai muncul adanya tanda-tanda kehidupan di bumi, seperti : kerang dan ubur-ubur. Periode ini merupakan periode pertama era Paleozoikum. Kelimpahan makhluk hidup yang di temukan pada periode ini kemungkinan berhubungan dengan evolusi skeleton (rangka). Hal tersebut di tunjukan oleh fosil hewan ditemukan yang mempunyai skeleton

b. Silur

Silur adalah periode pada skala waktu geologi yang berlangsung mulai akhir periode Ordovisium, sekitar 443,7 ± 1,5 juta tahun lalu, hingga awal periode Devon, sekitar 416,0 ± 2,8 juta tahun yang lalu. Mulai ada tanda-tanda kehidupan hewan bertulang belakang tertua. Seperti : ikan. Dalam era Paleozoik mulai terjadi penguasaan daratan oleh makhluk hidup.

c. Devon

Devon adalah periode pada skala waktu geologi yang termasuk dalam era Paleozoikum dan berlangsung antara 416 ± 2,8 hingga 359,2 ± 2,5 juta tahun yang lalu. Mulai ada tanda-tanda kehidupan binatang jenis amphibi tertua.

d. Karbon

Karbon adalah suatu periode dalam skala waktu geologi yang berlangsung sejak akhir periode Devon sekitar 359,2 ± 2,5 juta tahun yang lalu hingga awal periode Perm sekitar 299,0 ± 0,8 juta tahun yang lalu. Nama "karbon" diberikan karena adanya lapisan tebal kapur pada periode ini yang ditemukan di Eropa Barat. Mulai ada tanda-tanda kehidupan binatang merayap jenis reptil.

e. Perm

“Perm” adalah nama sebuah propinsi tua di dekat pegunungan Ural, Rusia. Reptilia meningkat dan serangga modern muncul, begitu juga tumbuhan konifer dan Grikgo primitif. Hewan Ampibi menjadi kurang begitu berperan. Zaman perm diakhiri dengan kepunahan micsa dalam skala besar, Tribolit, banyak koral dan ikan menjadi punah.

Benua Pangea bergabung bersama dan bergerak sebagai satu massa daratan, Lapisan es menutup Amerika Selatan, Antartika, Australia dan Afrika, membendung air dan menurunkan muka air laut. Iklim yang kering dengan kondisi gurun pasir mulai terbentuk di bagian utara bumi. Perm atau permian adalah periode dalam skala waktu geologi yang berlangsung antara 299,0 ± 0,8 hingga 251,0 ± 0,4 juta tahun yang lalu. Periode ini merupakan periode terakhir dalam era Paleozoikum. Mulai ada tanda-tanda kehidupan hewan darat, ikan air tawar, dan amphibi. Zaman ini diakhiri dengan kepunahan massal.

3) Zaman Mesozoikum atau Zaman Skunder (Zaman Kehidupan Pertengahan)

Zaman ini berlangsung kurang lebih 140 juta tahun. iklim semakin membaik.Pohon-pohon yang besar dan hewan yang hidup di darat mulai muncul. Beberapa jenis amfibi tumbuh menjadi besar sekali bahkan ada yang melebihi seekor buaya. Mulai muncul beragam hewan bertubuh besar seperti berbagai jenis hewan reptil dinosaurus dan gajah purba atau mamut. Menjelang berakhirnya masa ini mulai muncul berbagai jenis burung dan binatang menyusui.




Gambar: Reptil zaman Mesozoikum


Masa mesozoikum dikenal sebagai zaman reptil: dinosaurus menjadi penguasa hampir sepanjang masa ini, namun kemudian punah secara mendadak pada 65 juta tahun yang lalu, hal ini diperkirakan akibat tumbukan meteorid raksasa, yang membuat bumi diliputi debu. Pada akhir masa ini mulai muncul jenis mamalia.

4) Zaman Neozoikum atau Kainozoikum (Zaman Kehidupan Baru)

Zaman ini berlangsung kurang lebih 60 juta tahun yang lalu sampai sekarang. Keadaan bumi semakin membaik, perubahan cuaca tidak begitu besar dan kehiddupan berkembang dengan pesat. Zaman ini dibagi atas dua zaman yaitu zaman tersier dan zaman kwarter.

a) Zaman Tersier(Zaman Ketiga)

Pada zaman ini binatang-binatang menyusui berkembang pesat, sedangkan reptil-reptil raksasa lambat laun lenyap. Hal terpenting pada zaman ini munculnya jenis perimata seperti kera dan monyet. Setelah zaman reptil raksasa punah, terjadi perkembangan jenis kehidupan lain seperti munculnya primata dan burung tak bergigi berukuran besar yang menyerupai burung unta.Sementara itu, muncul pula fauna laut seperti ikan dan moluska,sangat mirip dengan fauna laut yang hidup sekarang.Sedangkan tumbuhan berbunga terus berevolusi menghasilkan banyak variasi seperti semak belukar, tumbuhan merambat,dan rumput.

b) Zaman Kwarter (Zaman Keempat)

Zaman kuarter adalah merupakan zaman yang terpenting karena dimulainya adanya kehidupan manusia. Zaman ini dibagi menjadi dua, yaitu zaman pleistosen dan holosen.

Pembagian zaman kuarter sebagai berikut.

(1) Zaman pleistosen(Dillivium)




Gambar: Zaman pleistosen


Zaman ini berlangsung sekitar 600.000 tahun. Zaman ini disebut juga zaman es(zaman glacial).pada kala pleistosen diperkirakan manusia purba mulai muncul. Disebut zaman glasial karena temperature bumi saat itu sanagat rendah dan gletser yang berada di wilayah kutub utara mencair hingga menutupi sebagian benua-benua besar seperti Asia,Eropa dan amerika .meluasnya permukaan es menyebabkan turunnya permukaan air laut.pada saat itu di Indonesia bagian barat terbentuk paparan Sunda dan di sebelah timur paparan Sahul,zaman plestosin terdiri dari tiga lapisan yaitu sebagai berikut.

(a) Plestosiin bawah dengan manusia pendukung yaitu pithecanthropus robustus,pithechanthropus mojokertensis,dan meganthrpus palaeojavanicus

(b) Plestosin tengah dengan manusia pendukung pithecanthropus erectus

(c) Plestosin atas dengan manusia pendukung yaitu homo wajakensis dan homo solooensis

(2) Zaman holosen (Dlivium)

Zaman ini berlangsung kira-kira 20.000 tahun yang lalu dan berkembang sampai sekarang. Homo Sapiens sama dengan manusia zaman sekarang, manusia modern seperti manusia sekarang,diperkirakan muncul pada kala Holosen ini.




Gambar: Manusia hidup di masa holosen


b. Periodisasi secara arkeologis

Arkeologi merupakan ilmu yang mempelajari kehidupan masa lampau melalui benda-benda artefak. Dari hasil penelitian para ahli arkeologi, maka tabir kehidupan masyarakat prasejarah Indonesia dapat diketahui. Berdasarkan penggalian arkeologi maka masa Praaksara dikategorikan menjadi 2 yaitu sebagai berikut.

1) Zaman Batu

Zaman batu menunjuk pada suatu periode di mana alat-alat kehidupan manusia umumnya/dominan terbuat dari batu, walaupun ada juga alat-alat tertentu yang terbuat dari kayu dan tulang. Dari alat-alat peninggalan zaman batu tersebut, melalui Metode Tipologi (cara menentukan umur berdasarkan bentuk atau tipe benda peninggalan), maka zaman batu dibedakan lagi menjadi 3 periode/masa, yaitu sebagai berikut.

a) Palaeolithikum (zaman Batu Tua)

Pengertian paleolithikum, berasal dari dua kata yaitu paleos yang artinya tua dan lithikum dari kata lithos yang berarti batu, karena itu zaman paleolithikum sering disebut juga dengan zaman batu tua. Zaman batu tua diperkirakan berlangsung selama 50.000-10.000 SM.




Gambar peralatan pada zaman batu tua


Pada zaman ini memiliki ciri-ciri khusus, yaitu sebagai berikut.

(1) Peralatan terbuat dari batu atau tulang yang masih kasar.

(2) Jenis alat yang dipergunakan adalah kapak genggam, kapak perimbas dan alat serpih.

(3) Manusia hidup mencari makan dengan meramu dan berburu.

(4) Bertempat tinggal secara nomaden (berpindah-pindah).

(5) Belum mengenal seni.

b) Mesolithikum (zaman Batu Tengah)

Zaman ini disebut juga dengan zaman batu tengah atau zaman batu madya, yang diperkirakan berlangsung pada masa holosen (10.000-20.000 tahun yang lalu). Zaman batu madya (mesolithicum) memiliki ciri-ciri khusus yang hampir sama dengan zaman palaeolithicum. Namun, ada beberapa tambahan sebagai berikut.

(1) Ditemukan Kjokkenmoddinger, yaitu: bukit-bukit karang hasil sampah dapur.

(2) Ditemukan Abris Sous Roche, yaiu gua-gua sebagai tempat tinggal.

(3) Manusia zaman ini sudah mengenal seni yang berupa lukisan pada dinding gua. Lukisan ini berbentuk cap tangan dan babi hutan.

(4) Alat yang digunakan disebut peble atau kapak Sumatera.

(5) Sudah mulai mengenal kepercayaan.




Gambar: Peninggalan masa Mesolithikum (zaman Batu Tengah)


c) Neolithikum (zaman Batu Baru)

Zaman Neolitikum berarti zaman batu muda.Di Indonesia,zaman Neolitikum dimulai sekitar 1.500 SM. Zaman ini merupakan revolusi pada masa prasejarah. Telah terjadi perubahan yang mendasar pada corak kehidupan dan cara bertempat tinggal maupun peralatan hidupnya. Zaman ini telah mengenal hasil-hasil kebudayaan sebagai berikut. Manusia pada zaman ini sudah mulai mengenal cara bercocok tanam meskipun masih sangat sederhana, selain kegiatan berburu yang masih tetap dilakukan. Manusia purba pada masa neolithikum sudah bisa menghasilkan bahan makanan sendiri atau biasa disebut food producing.

Peralatan yang digunakan pada masa neolithikum sudah diasah sampai halus, bahkan ada peralatan yang berbentuk sangan indah. Peralatan yang diasah pada masa itu adalah kapak lonjong dan kapak persegi.

(1) Peralatan sudah dihaluskan bahkan diberi tangkai.

(2) Jenis alat yang diguakan adalah kapak persegi dan lonjong.

(3) Pakaiannya terbuat dari kulit kayu. Perhiasannya terbuat dari batu dan manik-manik.

(4) Telah bertempat tinggal menetap/sedenter.

(5) Telah memiliki kemampuan bercocok tanam.

(6) Telah menganut kepercayaan animisme dan dinamisme.




Gambar peninggalan zaman batu baru


d) Megalithikum (zaman Batu Besar)

Zaman Meghalitikum (mega berarti besar, dan lithikum atau lithos berarti batu). Disebut juga zaman batu besar. Disebut zaman megalitikum karena pada zaman ini ditemukan peralatan yang terbuat dari batu-batu besar. Adapun hasil-hasil kebudayaan zaman ini adalah benda-benda berikut.

(1) Menhir yaitu suatu tugu yang terbuat dari batu besar. Biasanya menhir ini digunakan untuk tempat memuja arwah leluhur.

(2) Dolmen yaitu meja batu yang digunakan untuk meletakkan sesaji.

(3) Kubur batu yaitu tempat menyimpan mayat. Kubur batu ini berbentuk persegi panjang, dan terbuat dari lempengan-lempengan batu.

(4) Waruga adalah kubur batu yang berbentuk kubus.

(5) Sarkofagus adalah kubur batu yang berbentuk lesung. Sarkofagus terbuat dari satu batu.

(6) Punden berundak merupakan suatu bangunan yang terbuat dari batu. Batu-batu itu di susun berundak-undak atau bertingkat.

7) Sarkofagus adalah peti mati dari satu batu utuh terdiri atas wadah dan tutup.




Gambar: Peninggalam masa Megalithikum (zaman Batu Besar)


2) Zaman Logam

Pada zaman logam, manusia sudah dapat membuat peralatan dari logam yang ternyata lebih kuat dan mudah dikerjakan daripada batu. logam harus dilebur dahulu sebelum dipakai sebagai bahan pembuatan peralatan manusia.Oleh karena itu, pada zaman logam, kebudayaan manusia mestinya lebih tinggi daripada zaman batu.

Zaman logam menurut perkembangannya dibedakan menjadi 3, yaitu sebagai berikut.

a) Zaman perunggu

Disebut zaman perunggu karena pada zaman ini dihasilkan perlatan kehidupan yang dibuat dari perunggu. Peralatan itu dibuat dengan 2 macam teknik. Ada yang dibuat dengan teknik cetak hilang (a cire perdue) dan ada yang dibuat dengan cetak ulang (bivalve). Peralatan kehidupan yang dibuat dari bahan perunggu ini meliputi: Nekara, Moko, Kapak corong, Arca perunggu, Bejana perunggu dan Perhiasan perunggu.

b) Zaman tembaga

Indonesia tidak mengalami zaman tembaga. Hal ini dibuktikan dengan tidak ditemukannya peninggalan-peninggalan benda tembaga purba di Indonesia. Setelah zaman perunggu, bangsa Indonesia langsung memasuki zaman besi.

c) Zaman besi

Kebudayaan besi banyak menghasilkan benda berupa peralatan hidup dan senjata. Senjata-senjata yang dihasilkan pada zaman besi ini adalah tombak, mata panah, cangkul, sabit dan mata bajak. Benda peninggalan zaman besi ini diperkirakan cukup banyak, tetapi tidak banyak ditemukan, karena sifat benda ini yang mudah berkarat. Banyaknya benda peninggalan sejarah di atas menunjukkan bahwa nenek moyang kita sebagai bangsa yang memiliki daya kreativitas tinggi.


Gambar: Peninggalan zaman logam


c. Periodisasi berdasarkan perkembangan kehidupan

Berdasarkan perkembangan kehidupan manusia pada zaman Praaksara, periodisasi pada masa tersebut dikategorikan menjadi tiga tahap, yaitu sebagai berikut.

1) Masa berburu dan mengumpulkan makanan

Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan dikategorikan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

a) Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana

Manusia yang hidup pada masa ini masih rendah tingkat peradabannya dan diperkirakan sezaman dengan masa Palaeolithikum. Mereka hidup berpindah dari tempat yang satu ke tempat yang lain (mengembara). Mata pencarian pada masa ini di antaranya sebagai pemburu binatang, penangkap ikan, dan meramu (mencari dan mengumpulkan makanan) seperti umbi-umbian, buah-buahan dan daun-daunan yang ditemukan di sekitar lingkungan mereka. Manusia pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana hidup secara berkelompok yang tersusun dari keluarga-keluarga kecil. Anggota kelompok laki-laki melakukan perburuan dan perempuan mengumpulkan makanan dari tumbuh-tumbuhan serta hewan-hewan kecil.




Gambar: berburu hewan untuk dijadikan makanan pada zaman dahulu


Dengan demikian, kehidupan manusia pada periode ini masih sangat bergantung pada alam. Jika sumber makanan di sekitar tempat mereka menipis atau sudah habis, mereka berpindah ke tempat lain yang banyak terdapat binatang buruan dan bahan makanan. Mereka juga mencari tempat-tempat yang ada airnya. Tempat yang mereka pilih biasanya di padang-padang rumput diselingi semak belukar, yang sering dilalui binatang buruan. Namun, adakalanya mereka memilih tempat tinggal di tepi pantai, sebab di situ mereka dapat mencari kerang dan binatang-binatang laut lainnya.

Selain itu, mereka sudah mampu membuat alat-alat sederhana dari batu, tulang, mau­pun kayu namun masih berbentuk kasar. Alat-alat tersebut antara lain alat serpih yang digunakan sebagai pisau, peraut, gurdi, mata panah, dan untuk menguliti umbi-umbian. Ada juga alat-alat batu inti yang terdiri atas kapak perimbas, kapak penetak, pahat genggam, dan kapak genggam.

b) Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut

Manusia pada masa ber­buru dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut sudah mengenal cara memelihara dan mengembangbiakkan binatang serta bercocok tanam menggunakan sistem berladang yaitu menebang hutan, ke­mudian membersihkan, dan menanaminya. Beberapa kali tanah ladang tersebut dipergunakan, dan setelah kesuburannya berkurang, pindah ke tempat lain. Periode ini diperkirakan sezaman dengan Mesolithikum, karena kehidupan manusia pada masa ini sudah mengalami perkembangan dibandingkan dengan masa sebelumnya. Manusia mulai hidup menetap walaupun hanya untuk sementara waktu dan mulai mengenal cara bercocok tanam sederhana. Namun daripada itu, adanya lukisan di dinding gua atau dinding karang sebagai wujud kegiatan manusia yang menghasilkan sesuatu yang belum dicapai pada masa sebelumnya. Kehidupan sosial pada masa ini masih tetap dipengaruhi oleh cara hidup pada masa sebelumnya yaitu melakukan perburuan hewan, menangkap ikan, mencari kerang, dan mengumpulkan makanan dari lingkungan di sekitarnya.

Meskipun demikian, kehidupan manusia yang secara berkelompok mulai hidup menetap dengan memilih gua yang letaknya cukup tinggi, terutama di lereng bukit serta dekat dengan sumber mata air. Selama bertempat tinggal di gua tersebut, mereka melukiskan gambar tangan, binatang, atau bentuk lainnya pada dinding gua dengan cara menggores maupun memberi warna merah, hitam, dan putih. Lukisan tersebut menandakan berkembangnya kepercayaan tertentu, misalnya untuk membuat kekuatan pelindung guna mencegah roh jahat diwakili dengan lukisan tangan dengan latar belakang warna merah atau tanda berkabung yang diwakili gambar cap tangan dengan jari tidak lengkap. Selain itu, kemampuan manusia pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut sudah mengalami kemajuan, terutama dalam membuat alat-alat atau perkakas yang umumnya lebih halus daripada masa sebelumnya. Misalnya alat yang terbuat dari tulang dan tanduk sebagai penggali umbi-umbian dan kapak Sumatra dari batu kerakal yang dibelah tengah, sehingga satu sisinya cembung halus dan sisi lainnya kasar.

2) Masa bercocok tanam

Masa bercocok tanam diperkirakan sezaman dengan Neolithikum. Pada masa ini, manusia tidak lagi sepenuhnya bergantung pada alam, karena sudah mampu mengolah alam untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kebutuhan makanan dipenuhi dengan cara membabat hutan dan semak belukar untuk ditanami berbagai jenis tanaman sehingga terciptalah ladang-ladang yang memberikan hasil pertanian. Selain bercocok tanam, mereka juga mengembangbiakkan hewan ternak seperti ayam, kambing, sapi, kerbau, dan hewan ternak lainnya. Meskipun sudah bercocok tanam dan memelihara hewan ternak, kegiatan berburu dan mengumpulkan hasil hutan masih tetap dilakukan. Dengan demikian, peradaban mereka sudah mencapai tingkatan yang cukup tinggi. Manusia pada masa bercocok tanam diperkirakan sudah melakukan kegiatan perdagangan meskipun bersifat barter. Barang yang dipertukarkan pada waktu itu berupa hasil-hasil pertanian, hasil kerajinan tangan seperti gerabah dan beliung, maupun ikan laut yang dikeringkan. Ikan laut sangat diperlukan oleh mereka yang bertempat tinggal di pedalaman. Dengan hidup menetap telah memberi kesempatan bagi manusia untuk menata kehidupan secara teratur.




Gambar: Bercocok tanam pada zaman Neolithikum


Mereka hidup menetap di suatu tempat secara berkelompok dan membentuk masyarakat perkampungan sederhana yang dipimpin oleh kepala kampung. Kepala kampung merupakan tokoh yang disegani, dihormati, dan ditaati oleh penduduk kampung yang dipimpinnya. Kegiatan yang banyak menghabiskan tenaga dilakukan oleh laki-laki seperti membabat hutan, menyiapkan ladang untuk ditanami, membangun rumah atau membuat perahu. Adapun kegiatan menabur benih di ladang yang sudah disiapkan, merawat rumah, dan kegiatan lain yang tidak memerlukan tenaga besar dilakukan oleh perempuan. Selain itu, manusia pada periode bercocok tanam makin mahir membuat berbagai macam perkakas dengan fungsi beraneka ragam dan hasilnya sudah halus. Misalnya untuk kegiatan sehari-hari, perhiasan, maupun sebagai alat upacara keagamaan.

Alat-alat tersebut antara lain kapak lonjong digunakan sebagai cangkul untuk menggarap tanah dan sebagai kapak biasa; perhiasan berupa gelang dari batu dan kulit kerang; alat pemukul kulit kayu digunakan untuk memukul-mukul kulit kayu hingga halus; berbagai jenis gerabah; dan kapak persegi yang digunakan untuk mengerjakan kayu, menggarap tanah, dan alat upacara keagamaan. Dibuatnya berbagai alat upacara keagamaan karena berkembang kepercayaan bahwa roh seseorang tidak lenyap pada saat meninggal dunia. Oleh karena itu, diadakan upacara tertentu pada waktu penguburan, misalnya dengan dibekali bermacam-macam barang keperluan sehari-hari seperti perhiasan, periuk, atau pun barang-barang lain yang dikubur bersama-sama. Pada masa ini mulai berkembang tradisi mendirikan bangunan-bangunan besar dari batu. Bangunan tersebut menjadi media penghormatan, tempat singgah, dan menjadi lambang bagi orang yang sudah meninggal tersebut. Hal ini didasari oleh kepercayaan tentang adanya hubungan antara yang hidup dan mati, terutama kepercayaan yang memiliki pengaruh kuat dari orang yang telah mati terhadap kesejahteraan masyarakat dan kesuburan tanaman.

3) Masa perundagian

Masa perundagian diperkirakan sezaman dengan periode perunggu. Pada masa ini, peradaban manusia sudah maju tingkatannya dan hidup menetap di perkampungan yang lebih besar serta teratur. Perkampungan ini terbentuk dari bersatunya beberapa kampung hingga jumlah kelompok penduduk bertambah banyak. Masyarakat tersusun dalam kelompok yang beragam. Ada kelompok petani, ada pedagang, ada pula kelompok undagi (perajin/tukang). Teknologi pembuatan alat-alat atau perkakas jauh lebih tinggi dibandingkan dengan masa sebelumnya. Dapat dikatakan bahwa masa perundagian sebagai akhir masa praaksara di Indonesia. Kata perundagian sendiri berasal dari bahasa Bali, undagi, yang artinya seseorang atau sekelompok orang atau segolongan orang yang mempunyai kepandaian atau keterampilan jenis usaha tertentu. Misalnya pembuatan gerabah, pembuatan perhiasan, atau pembuatan sampan.




Gambar: Kehidupan manusia pada zaman perundagian


Kegiatan kehidupan yang mereka lakukan tidak lagi sekadar untuk memenuhi kebutuhan hidup, namun meningkatkan kesejahteraan. Kegiatan pertanian di ladang dan sawah masih tetap dilakukan dengan menggunakan pengaturan air. Hasil pertanian disimpan untuk masa kering dan diperdagangkan ke daerah lain. Kegiatan peternakan juga sudah berkembang, hewan ternak yang dipelihara lebih beragam dari masa sebelumnya. Masyarakat telah mampu beternak kuda dan berbagai jenis unggas. Namun demikian, berburu binatang liar masih tetap dilakukan seperti harimau, ular, dan rusa/kijang untuk menambah mata pencarian maupun bertujuan untuk menunjukkan tingkat keberanian dan kegagahan dalam suatu lingkungan masyarakat. Pada masa perundagian, perdagangan masih bersifat barter, namun telah menjangkau tempat-tempat yang jauh (antarpulau) dengan barang-barang yang dipertukarkan makin beragam. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya nekara di Selayar dan Kepulauan Kei yang dihiasi lukisan gajah, merak, dan harimau. Hal ini menunjukkan bahwa nekara berasal dari daerah Indonesia bagian barat, karena binatang-binatang ini tidak terdapat di wilayah Indonesia bagian timur.

Kepercayaan yang berkembang masih melanjutkan kepercayaan pada masa sebelumnya. Masyarakat meyakini bahwa arwah nenek moyang berpengaruh terhadap perjalanan hidup masyarakatnya. Oleh karena itu, arwah nenek moyang harus selalu dihormati dengan melaksanakan berbagai upacara. Kemajuan tersebut juga memengaruhi bidang seni seperti seni lukis, seni ukir/pahat, seni patung, dan seni bangunan. Hal ini bisa dilihat dengan meningkatnya pemahatan arca dan pendirian bangunan batu untuk pemujaan.

3. Nilai-nilai budaya masa praaksara di Indonesia

Kehidupan masyarakat praaksara sudah memiliki kebudayaan yang cukup maju, di mana terdapat nilai-nilai budaya dan tradisi yang dapat kita ambil sebagai pelajaran dan suri teladan. Nilai-nilai budaya dan tradisi tersebut masih terlihat dalam kehidupan masyarakat Indonesia hingga sekarang. Dengan memiliki nilai kebudayaan tersebut, maka masyarakat praaksara mampu mengadakan hubungan dan menerima pengaruh kebudayaan baru yang datang dari luar tanpa mengorbankan kebudayaan mereka sendiri.

a. Tradisi bercocok tanam

Salah satu cara yang dilakukan oleh masyarakat praaksara untuk memenuhi kebutuhan hidup yaitu dengan bercocok tanam. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya alat pertanian yang berupa beliung persegi.




Gambar masa bercocok tanam zaman praaksara


b. Nilai keadilan

Nilai keadilan sudah diterapkan dalam kehidupan masyarakat praaksara, yaitu adanya pembagian tugas sesuai dengan kemampuan dan keahliannya. Hal ini mencerminkan sikap yang adil karena setiap orang akan memperoleh hak dan kewajiban sesuai kemampuannya. Tugas antara kaum laki-laki berbeda dengan kaum perempuan.

c. Nilai religius (Kepercayaan)

Masyarakat praaksara sudah memiliki kepercayaan terhadap adanya kekuatan ghaib (animisme). Mereka meyakini bahwa kejadian-kejadian alam seperti hujan, petir, banjir, gunung meletus, atau gempa bumi sebagai perbuatan roh halus. Selain itu, juga mempercayai bahwa pohon tinggi besar, hutan lebat, gua yang gelap, maupun tempat lainnya dianggap keramat. Selain percaya kepada roh halus, mereka juga percaya bahwa benda-benda memiliki kekuatan gaib (dinamisme). Misalnya kapak, mata tombak atau benda lainnya. Oleh karena itu, untuk menghindari malapetaka maka roh halus atau makhluk gaib harus selalu dipuja.

d. Tradisi berlayar (Bahari)

Perahu bercadik memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan masa Praaksara, selain sebagai sarana lalu lintas sungai dan laut, perahu bercadik juga berperan sebagai alat penyebaran budaya. Masyarakat praaksara telah mengenal ilmu astronomi yang sangat membantu pada saat mereka berlayar dari pulau ke pulau dengan memakai perahu sederhana. Perahu-perahu cadik merupakan bentuk yang paling umum dikenal pada waktu itu.

e. Nilai gotong royong

Budaya gotong royong terlihat dari peninggalan berupa bangunan-bangunan batu besar yang dibangun secara gotong royong. Masyarakat praaksara hidup secara berkelompok dan bergotong royong untuk kepentingan bersama.

f. Nilai Musyawarah

Dipilihnya pemimpin yang dianggap paling tua (sesepuh) yang mengatur masyarakat dan memberikan keputusan untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bersama. Hal ini menunjukkan bahwa dalam kehidupan berkelompok, masyarakat praaksara telah mengembangkan nilai musyawarah.



4. Nenek moyang Bangsa Indonesia

Kalau kita menengok ke belakang untuk mencoba merunut asal mula nenek moyang bangsa Indonesia, kita akan mendapatkan berbagai gambaran yang cukup beragam. Sebagian besar teori tentang Kebudayaan Prasejarah Indonesia yang datang dari Barat menjelaskan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia datang dari Asia Tenggara (Indochina/Yunnan). Diduga mereka datang dalam dua gelombang migrasi besar yang diperkirakan terjadi sekitar tahun 5000 SM dan tahun 2000 SM. Mereka menyeberang ke kepulauan di Samudera India, kemudian menyebar dari Madagaskar hingga ke Filipina dan Melanesia, yang akhirnya hidup menyatu dengan penduduk asli setempat. Inilah yang disebut sebagai nenek moyang bangsa Indonesia.

a. Penduduk asli (Suku Bangsa Vedda)

Penduduk asli yang tinggal di daerah pedalaman dan penduduk pendatang tinggal di daerah pesisir. Para penduduk asli menyebar ke timur dan mendiami wilayah Papua, Sulawesi Selatan, Kei, Seram, Timor Barat, Flores Barat, dan terus ke timur sampai Kepulauan Melanesia. Beberapa suku bangsa seperti Kubu, Lubu, Talang Mamak yang tinggal di Sumatra dan Toala di Sulawesi merupakan penduduk tertua di Kepulauan Indonesia. Mereka diyakini mempunyai hubungan erat dengan orang Vedda. Oleh sebab itu, salah satu cara untuk mengungkap keragaman ini yaitu menelusuri asal usul nenek moyang bangsa Indonesia.

b. Suku Bangsa Proto Melayu dan Deutro Melayu




Gambar: Peta persebaran Suku Bangsa Proto Melayu dan Deutro Melayu


Von Heine Geldern menyatakan nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari benua Asia (Yunnan, Cina Selatan datang dengan dua gelombang. Gelombang pertama disebut Melayu Tua (Proto Melayu) dan berikutnya disebut dengan Melayu Muda (Deutero Melayu).

1) Proto Melayu (Melayu Tua)

Nenek moyang bangsa Indonesia dari golongan Melayu Tua (Proto Melayu) tiba sekitar tahun 2.000 SM. Kedatangan nenek moyang tersebut sambil membawa kebudayaan neolitikum (batu baru). Mereka tersebar menjadi dua cabang. Cabang pertama dari proto melayu adalah bangsa yang membawa peralatan kapak lonjong. Mereka disebut sebagai ras Papua-Melanesoid. Arah persebarannya dari Yunnan melewati Filipina, kemudian tersebar ke Sulawesi Utara, Maluku, dan ada juga yang sampai ke Papua.

Cabang yang kedua dari nenek moyang dari golongan Proto Melayu disebut Ras Austronesia. Kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia ini bermula dari Yunnan melewati Malaya, Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, dan pula-pulai lainnya. Datangnya nenek moyang tersebut sambil membawa kebudayaan kapak persegi. Setibanya di kepulauan Indonesia, sebagian dari mereka berasimilasi dengan ras Austro-Melanesoid. Sebagian lagi tetap mempertahankan ras aslinya.




Gambar: Suku melayu muda


2) Deutro Melayu (Melayu Muda)

Nenek moyang bangsa Indonesia dari golongan Melayu Muda (Deutro Melayu) tiba di kepulauan Indonesia sekitar tahun 500 SM. Nenek moyang tersebut datang sambil membawa kebudayaan logam yang berasal dari Dongson, Vietnam Utara. Kebudayaan logam tersebut antara lain; candrasa, nekara, manik-manik, arca, dan bejana perunggu. Jalur penyebaran nenek moyang bangsa Indonesia dari golongan ini dimulai dari daratan Asia ke Thailand, Malaysia Barat, dan berlanjut ke tempat-tempat di Indonesia. Gelombang terakhir nenek moyang ini masih tergolong ras Austronesia. Selanjutnya, semakin berkembang ras Papua-Melanesoid, Austronesia, dan sisa ras Austro-Melanesoid melahirkan bermacam-macam suku bangsa yang tersebut di seluruh pelosok Indonesia.

c. Ras Melanesoid

Kedatangan ras Melanesoid diperkirakan pada saat zaman Es terakhir. Pada saat itu Kepulauan Indonesia belum berpenghuni. Ras Melanesoid melakukan perpindahan ke timur hingga ke Papua, yang selanjutnya ke Benua Australia yang awalnya merupakan satu kepulauan dengan Papua. Mereka tersebar di Lautan Pasifik di pulau-pulau yang letaknya di Irian bagian timur dan Benua Australia. Pada perkembangan selanjutnya, terjadi percampuran antara ras Melanesoid dan ras Melayu yang menghasilkan keturunan Melanesoid–Melayu. Saat ini mereka menjadi penduduk Nusa Tenggara Timur dan Maluku.

Perubahan Masyarakat Indonesia pada Masa Penjajahan dan Tumbuhnya Semangat Kebangsaan (Materi Kelas VIII Sem 2 )

Perubahan Masyarakat Indonesia pada Masa Penjajahan dan Tumbuhnya Semangat Kebangsaan



Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Selain kaya akan sumber daya alamnya, masyarakat Indonesia juga bersifat ramah-tamah. Negara lain menjadi memiliki keinginan untuk menguasai Indonesia karena keadaan Indonesia yang seperti itu, sehingga terjadinya kolonialisme. Era kolonial di Indonesia ditandai dengan masuknya Barat ke Indonesia untuk mengeksploitasi bangsa Indonesia, baik aspek sumber daya alamnya maupun sumber daya manusianya. Kolonialisme atau Penjajahan adalah suatu sistem di mana suatu negara menguasai rakyat dan sumber daya negara lain tetapi masih tetap berhubungan dengan negara asal, istilah ini juga menunjuk kepada suatu himpunan keyakinan yang digunakan untuk melegitimasikan atau mempromosikan sistem ini, terutama kepercayaan bahwa moral dari pengkoloni lebih hebat ketimbang yang dikolonikan. Untuk lebih lengkapnya simaklah penjelasan materi berikut!

A. Kedatangan Bangsa-Bangsa Barat ke Indonesia

Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaan alamnya sejak dulu. Kayu dan batu pun bisa menjadi tanaman, rempah-rempah juga sangat mudah ditemukan di negeri ini. Indonesia sendiri sudah menjadi negara perdagangan pada abad ke-15, namun kebaikan orang Indonesia disalahgunakan oleh bangsa barat seperti Eropa. Eropa yang terkenal dengan teknologi pelayaran dan saat itu sedang dilanda kelangkaan. Keserakahan bangsa Eropa yang menanamkan pemahaman Kolonialisme dan Imperialisme ini menjadi awal perburuan mutiara dari timur.

1. Latar Belakang Kedatangan Bangsa Barat

Kedatangan bangsa Barat ke Indonesia dilatar belakangi oleh peristiwa sebagai berikut.

a. Perang Salib




Gambar ilustrasi perang salib

Sumber: https://satujam.com

Pada abad ke-7 kota Jerusalem jatuh ke tangan banga Arab. Peziarah dari Eropa masih diperkenankan berkunjung sehingga tidak menimbulkan konflik. Namun setelah bangsa Turki menguasai Jerusalem (1070) para peziarah Kristen dilarang mengunjungi kota suci tersebut, sehingga berkobar Perang Salib yang terjadi tujuh kali sepanjang tahun 1070-1291 (sekitar 200 tahun). Dinamai Perang Salib oleh orang Kristen, dan dinamai Perang Suci oleh orang Islam. Perang ini melibatkan sangat banyak orang, terdiri dari orang-orang Turki Seljuk dan Arab melawan bangsa Eropa. Pada akhirnya kota Jerusalem berhasil dikuasai oleh orang Islam. Namun bangsa Eropa tak tinggal diam, mereka ingin balas dendam. Raja Richard The Lion Heart (Inggris) menghimbau para Raja di Eropa untuk merebut kekuasaan kota Jarusalem. Mereka berusaha namun gagal. Perang ini mengakibatkan terputusnya hubungan perdagangan antara Eropa dengan Asia Barat dan memicu persaingan antar bangsa di Eropa untuk mencari dunia baru.

Adapun faktor penyebab perang salib yaitu (saya simpulkan) :

1) Para peziarah Kristen dilarang mengunjungi Jerusalem.

2) Keinginan merebut Spanyol yang telah dikuasai Dinasti Umayyah selama 7 abad.

3) Usaha untuk mempersatukan kembali Gereja Roma dengan Gereja Romawi Timur, seperti di Konstantinopel, Jerusalem dan Aleksandria yang dipelopori oleh Paus Urbanus.

Dampak perang salib antara lain :

Terputusnya jalur perdagangan antara Eropa dan Asia Barat (Timur Tengah), sehingga pedagang-pedagang dari Eropa mulai mencari jalan lain untuk mendapat rempah-rempah. Karena kekalahan dalam Perang Salib, bangsa Eropa menyadari bahwa mereka telah tertinggal dari orang-orang Islam dan bangsa Timur. Kelemahan tersebut menjadi gebrakan dahsyat untuk mengejar ketertinggalan. Mereka belajar dari karya besar orang-orang Islam dan berusaha mengembangkan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) secara besar-besaran. Kekalahan Perang Salib tentu meninggalkan luka yang dalam. Sebagian orang-orang Kristen pada akhirnya ingin membalaskan dendam kepada umat Islam, tentunya dengan motivasi yang tinggi untuk mengungguli umat Islam.

b. Jatuhnya kota Konstantinopel




Gambar kota kostantinopel

Sumber; xbumikux.blogspot.com

Setelah adanya perang salib yang dimenangkan oleh umat Islam, terjadi perubahan tatanan politik. Perubahan itu memunculkan kekuasaan baru di Kekhalifahan Timur, yaitu kekuasaan Turki Usmani. Kekuasaan baru tersebut menjadi kekuatan besar yang sulit dikalahkan, hal ini terbukti dengan dikuasainya Mesir, Syria, Palestina, Mesopotamia, Asia Kecil, bahkan Kerajaan Romawi Timur. Jatuhnya kota Konstantinopel, ibukota Romawi Timur ke tangan kesultanan Turki (dipimpin oleh Sultan Muhammad II) pada tahun 1453 menyebabkan hubungan dagang bangsa Eropa ke dunia Timur menjadi terbatas. Laut Tengah yang digunakan bangsa Eropa untuk melakukan transaksi perdagangan dengan Asia Barat, seluruhnya berada di bawah pengawasan Turki Usmani. Mereka mempersulit kedatangan bangsa Eropa ke daerah kekuasaannya, kemudian terjadilah kemerosotan dagang. Kawasan yang sangat bergantung pada Laut Tengah merasakan fenomena ini. Transaksi jual beli antar negara yang dulu sangat ramai menjadi sepi. Hal ini mengakibatkan perekonomian di kawasan Laut Tengah (mediterania) menjadi terganggu. Terjadilah krisis ekonomi, misalnya saja krisis rempah-rempah dimana rempah-rempah menjadi sangat langka dan harganya amat mahal.

Bangsa Eropa kala itu benar-benar terpuruk, terlebih rempah-rempah menjadi sangat mahal. Dari sini kemudian muncul ide untuk mencari rempah-rempah dari tempat asalnya, “Dunia Timur”.

c. Pencarian rempah-rempah




Gambar Cengkeh yang termasuk rempah-rempah Indonesia

Sumber: https://www.yukepo.com

Harga rempah-rempah yang sangat mahal kala itu bahkan bisa disejajarkan dengan harga emas, maka muncul istilah “semahal emas” atau “semahal Lada”. Padahal harga yang sebenarnya di tempat asalnya sangat murah. Oleh karena itu, orang-orang Eropa ingin mengambil dari tempat asalnya secara langsung. Dengan harapan lain, bangsanya menjadi penguasa rempah-rempah di Eropa. Karena berbagai desakan tersebut, bangsa barat berlomba-lomba melakukan ekspedisi dan berusaha mencari jalan sendiri ke pusat rempah-rempah di Asia.

d. Penjelajahan Samudera

Pada akhir abad ke-15, akhirnya bangsa Eropa berusaha melakukan penjelajahan samudera. Ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya penjelajahan samudera, antara lain yaitu :

1) Adanya keinginan untuk mencari rempah-rempah.

2) Ingin memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya.

3) Adanya jiwa petualang, sehingga menggugah semangat untuk berpetualang mengarungi samudera.

4) Semangat balas dendam untuk reconquista atau menaklukan orang-orang yang beragama Islam.

5) Jatuhnya kota Konstantinopel, pusatnya jalur perdagangan bangsa Eropa yang kemudian dikuasai Turki Usmani.

Tertarik dengan Kisah perjalanan Marcopolo (1254-1324) seorang pedagang dari Venesia, Italia ke Cina yang dituangkan ke dalam buku Book of Various Experience (Imago Mundi) yang mengisahkan tentang keajaiban dunia. Keinginan yang tinggi untuk mengetahui lebih jauh rahasia bumi, keadaan geografi dan bangsa-bangsa yang tinggal di belahan bumi lain. Terlebih kala itu telah ditemukannya teori Heliosentris oleh Copernius bahwa pusat peredaran tata surya adalah matahari. Planet-planet berputar mengelilingi matahari dan bumi berputar pada porosnya. Bentuk bumi tidak rata tetapi bulat.

Ambisi pencapaian 3G (gold, glory and gospel). Ketika banga Eropa melakukan ekspedisi mengarungi luasnya samudera, mereka telah memiliki suatu pedoman/prinsip yang tujuannya adalah mewujudkan semangat 3G, yaitu :

Gold = Keinginan mencari kekayaan. Sebagai lammbang kekayaan, emas sudah disejajarkan dengan rempah-rempah, karena menguasai daerah penghasil rempah-rempah akan mendatangkan kekayaan melimpah.

Gospel = Menyebarkan agama nasrani. Sebagai utusan resmi kerajaan para penjelajah wajib mmengemban agama raja untuk disebarkan di daerah kekuasaannya, sehingga rabi dengan Al-Kitab (gospel) selalu menyertai setiap kegiatan ekspedisi.

Glory = Memperoleh kejayaan. Kejayaan sebagai suatu bangsa ditunjukkan dengan kemampuannya menaklukkan wilayah lain dan luasnya daerah jajahan.

e. Kemajuan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi)




Gambar kemajuan IPTEK

Sumber: www.tribunnew.com

Karena semangat bangsa Eropa untuk mengejar ketertinggalan, bangsa Eropa mulai mencoba untuk melakukan penyesuaian yang lebih baik terhadap orang-orang Islam dan orang Timur untuk mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kemajuan teknologi yang semakin berkembang pesat tersebut telah dibuktikan dengan beberapa hal yaitu :

1) Dikembangkannya teknik pembuatan kapal untuk mengarungi samudera.

2) Ditemukannya mesiu untuk persenjataan.

3) Ditemukannya kompas sebagai petunjuk arah.

Pada akhirnya bangsa Eropa mulai melangkah, menuju dunia Timur dan sampailah bangsa Eropa ke Nusantara (Indonesia). Mereka mengarungi samudera untuk mencari kekayaan dengan mendatangi pusat penghasil rempah dunia, Nusantara. Dengan harapan yang besar, mereka menginginkan kekayaan dari berjualan rempah-rempah. Mereka mencari kejayaan untuk membanggakan bangsanya, berlomba dengan bangsa Eropa lainnya. Menaklukan daerah yang pernah dikunjunginya. Selain itu mereka juga mengemban tugas untuk menyebarkan agama Kristen. Konsep dari 3G lambat laun berubah menjadi imperialisme dan kolonialisme. Kebaikan bangsa ini telah dirusak oleh keserakahan. Bangsa Eropa pada akhirnya mulai beralih haluan, dari yang berniat untuk berdagang berubah niatnya menjadi penjajah jahat. Menguras dan mengeksploitasi seluruh kekayaan daerah jajahan yang dikuasainya, termasuk Nusantara (Indonesia).

Mengamati

Amatilah dengan cara membaca buku-buku sejarah kedatangan bangsa Barat ke Indonesia! Analisislah tentang berbagai motif dari kedatangan bangsa Barat ke Indonesia.

2. Kedatangan Bangsa-Bangsa Barat ke Indonesia

Negara Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak sekali sumber daya alam. Bahkan sumber daya tersebut sampai saat ini belum termanfaatkan secara maksimal. Hal tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi bangsa Eropa yaitu negeri penghasil rempah-rempah. Bangsa barat berbondong-bondong datang ke Indonesia untuk mencari sumber rempah-rempah. Pada awalnya mereka hanya ingin melakukan perdagangan, namun karena sumber daya alam Indonesia yang melimpah ruah, niat berdagang berubah menjadi niat ingin berkuasa. Beberapa bangsa barat yang pernah mendatangi Nusantara antara lain Portugis, Spanyol, Inggris, dan Belanda. Berikut adalah uraian singkat mengenai datangnya bangsa barat ke Indonesia. Bangsa-bangsa Barat yang ke Indonesia diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Spanyol




Gambar Bendera Spanyol

Sumber: https://indonesian.alibaba.com

Orang Spanyol merupakan pelopor dalam pelopor pelayaran dan penjelajahan samudra untuk menemukan dunia baru. Setelah Christoper Columbus berhasil menemukan benua Amerika pada pelayaran pertamanya pada tahun 1492. Setelah berhasil menemukan tmpat baru yang dinamakan benua Amerika, rombongan Columbus kembali ke Spanyol untuk melapor. Keberhasilan Columbus dalam menemukan dunia baru, mendorong para pelaut lain untuk melanjutkan penjelajahn ke samudra timur dan menemukan daerah penghasil rempah-rempah. Berangkatlah ekspedisi yang dipimpin oleh Magellan disertai oleh seorang kapten kapal yang bernama Yan Sebastian del Cano. Magellan mengambil jalur yang telah dilalui oleh Columbus. Setelah terus berlayar Magellan dan rombongan mendarat di ujung selatan benua Amerika yang kemudia tempat tersebut dinamakan Selat Magellan.

Melalui selat ini Magellan dan ro,bogan terus berlayar meninggalkan Samudra Atlantik menuju Samudera Pasifik. Setelah sekitar 3 bulan berlayar Magellan dan rombongan mendarat di Pulau Guam pada tahun 1521. Kemudian melanjutkan penjelajahannya dan menemukan Kepulauan Massava ( Filipina ) yang kemudian menyatakan bahwa daerah tersebut merupakan daerah koloni Spanyol. Karena tindakannya itulah Magellan dan rombongan mendapatkan perlawanan dari rakyan Mactan dan akhirnya Magellan terbunuh dalam peperangan tersebut.

Rombongan yang selamat dalam pertempuran tersebut melarikan diri dan kemudian oleh del Cano dipimpin bergerak ke arah selatan dan menemukan Kepulauan Maluku. Di Maluku mereka memenuhi kapal dengan rempah-rempah kemudian kembali ke Spanyol lagi melalui Tanjung Harapan di Afrika Selatan.

Kedatangan bangsa Portugis sampai di Indonesia (Maluku) segera diikuti oleh bangsa Spanyol. Ekspedisi bangsa Spanyol dipimpin penjelajah, antara lain sebagai berikut.

1) Ferdinand Magelhaens (1480–1521). Magelhaens yang dibantu oleh Kapten Juan Sebastian del Cano dan Pigafetta mulai berlayar ke arah barat daya dengan mengikuti rute Christopher Columbus (orang Italia yang mengabdikan dirinya pada raja Spanyol dan berhasil sampai ke Benua Amerika yang diyakininya sebagai India) dengan melintasi Samudra Atlantik menuju ke ujung selatan Amerika dan sampailah di Kepulauan Filipina pada tahun 1521. Di Filipina (Pulau Cebu), Magelhaens tewas dibunuh oleh suku Mactan.

2) Juan Sebastian del Cano. Pada tahun 1522 ia sampai di Maluku, tetapi kedatangan rombongan del Cano telah menimbulkan pertentangan antara Spanyol dan Portugis yang keduanya saling menuduh telah melanggar Perjanjian Tordesillas, yaitu perjanjian antara bangsa Portugis dan Spanyol yang mengakhiri peperangan selama puluhan tahun antara kedua negara yang bertikai di Eropa untuk memperebutkan daerah jajahan. Perjanjian ini diprakarsai oleh Paus Paulus yang membagi rute pelayaran Spanyol ke Timur dan Portugis ke arah Barat. Pertentangan di antara kedua bangsa tersebut berakhir setelah ditandatanganinya

Perjanjian Saragosa (22 April 1529) di Indonesia. Isi perjanjian Saragosa sebagai berikut.

a) Spanyol harus meninggalkan Maluku dan memusatkan kegiatannya di

Filipina.

b) Portugis tetap melakukan aktivitas perdagangan di Maluku

b. Portugis




Gambar Vasco da Gama

Sumber: https://www.travel-in-portugal.com

Berita Columbus berhasil menemukan daerah baru membuat Raja Portugis penasaran dan mengutus pelaut ulung Portugus benrnama Vasco da Gama untuk melakukan ekspedisi meenjelajahi samudra mencari Tanah Hindia. Vasco da Gama mencari jalan lain agar lebih cepat menuju Tanah Hindia. Sebelum Vasco da Gama diperintahkan oleh Raja Portugis, sudah ada pelaut lain yang melakaukan pelayaran yaitu Bartholomeus Diaz. Ia melakukan pelayaran mncari daerah timur dengan menelusuri pantai barat Afrika, hingga pada tahun 1488 karena serangan ombak yang besar terpaksa Bartholomeus Diaz dan rombongan mendarat di ujung Selatan Benua Afrika, yang kemudian tempat tersebut diberi nama Tanjung Harapan. Bartholomeus Diaz tidak melanjutkan pelayaran melainkan bertolak kembali ke negaranya.

Pada tahun 1497 Vasco da Gama berangkat dari pelabuhan Lisabon dan memulai penjelajahan mengikuti rute yang telah dilalui oleh Bartholomeus Diaz. Atas petunjuk dari pelaut bangsa Moor yang telah ia sewa, setelah singgah di Tanjung Harapan ia dan rombongan melanjutkan perjalanan dengan melalui pantai timur Afrika kemudian berbelok ke kanan untuk mengarungi Samudra Hindia. Pada tahun 1498 rombongan Vasco da Gama berhasil mendarat di Kalikut dan Goa di pantai barat India. Di daerah Goa mereka bahkan berhasil mendirikan kantor dagang yang dilengkapi dengan benteng. Atas keberhasilannya ini Vasco da Gama diangkat sebagai penguasa Goa oleh Raja Portugis.

Setelah beberapat tahun tinggal di India mereka menyadari bahwa Inidia bukan daerah penghasil rempah-rempah. Karena hal tersebut, dipersipakan ekspedisi selanjutnya yang dipimpin oleh Alfonso de Albuquerque. Hingga pada tahun 1511 mereka berhasil mendarat di Malaka dan berhasil menguasai perdagangan di wilayah Malaka.

Portugis dalam penjelajahan samudra mengirimkan para penjelajahnya, sebagai berikut.

1) Bartholomeus Diaz (1487–1488) yang diutus Raja Portugis untuk melakukan perjalanan ke Afrika Barat. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa sampai abad ke-15 para pelaut Portugis hanya mampu mendarat di Pantai Emas saja. Dengan perjalanan inilah, Bartholomeus Diaz akhirnya berhasil sampai ke ujung selatan Afrika yang disebut Tanjung Harapan (Cape of Good Hope).

2) Vasco da Gama (1497 – 1498). Ia diutus oleh Raja Portugis yang bernama Manuel I, karena merasa penasaran atas hasil penjelajahan yang dilakukan oleh Columbus. Perjalanan Vasco da Gama ini bertolak dari Lisabon menuju Kepulauan Tanjung Varde dan akhirnya tiba di Tanjung Harapan tahun 1497. Pada tahun 1498, Vasco da Gama beserta rombongannya berhasil berlabuh di Kalikut, pantai Malabar India yang pada masa itu terkenal sebagai kota dagang.

3) Alfonso de Albuquerque (1510 – 1515). Ia berhasil menaklukkan Goa di pantai barat India pada tahun 1510 dan Malaka tahun 1511. Dari Malaka ia meneruskan penguasaan atas Myanmar. Dari Myanmar inilah ia menjalin hubungan dagang dengan Maluku.

c. Belanda




Gambar ilustrasi kedatangan belanda di Indonesia

Sumber: https://combro.xyz

Mendengar keberhasilan Spanyol dan Portugis dalam menemukan daerah penghasil renpah-rempah, pada tahun 1594 Barents mencoba berlayar ke dunia timur. Namun Barents tidak begitu mengenal medan sehingga ia gagal melanjutkan perjalanan karena kapalnya terjepit es. Ia berusaha untuk kembali ke negaranya namun di tengah perjalanan ia meninggal.

Pada tahun 1595 pelaut Belanda yang lain yaitu Cornelis de Houtman dan Piter de Keyser memulai pelayaran. Cornelis de Houtman mengambil jalur laut yang sudah biasa dilewati pelaut-pelaut Portugis. Hingga pada tahun 1596 Cornelis de Houtman dan armadanya berhasil mendarat di Kepualaun Nusantara yaitu di Banten. Awalnya orang-orang Banten menerima baik Cornelis dan rombongan karena niatnya untuk berdagang. Namun semakin lama mereka semakin memaksakan kehendaknya dan hal itu dirasa tidak baik oleh masyarakat Banten. Karena hal tersebut Cornelis dan rombongan diusir dari Banten dan kembali lagi ke Belanda.

Ekspedisi selanjutnya dilakukan pada tahun 1598 yang dipimpin oleh van Heemskerck yang juga mendarat di Banten. Van Heemskerck bersikap lebih hati-hati sehingga diterima rakyat Banhten lagi. Selama ia di Banten , armada-armada yang lain berdatangan ke Indonesia dan berlayar ke arah timur dan singgah di Tuban kemudian di Maluku. Di bawah pimpinan Jacob Van Neck mereka sampai di Maluku pada tahun 1599. Pelayaran dan perdagangan orang Belanda di Maluku mendapatkan keuntungan yang berlipat, sehingga banyak kapal-kapal tang berlayar menuju Maluku. Biasanya para pedagang Belanda membeli dagangan rempah-rempah dari Portugis di pusat pasar Lisabon. Namun setelah Lisabon dikuasai Spanyol, Belanda mencari jalan menuju daerah penghasil rempah-rempah. Walaupun Portugis berusaha merahasiakan jalan ke pusat penghasil rempah-rempah, tetapi Belanda berhasil menyusul Portugis dan Spanyol. Berikut beberapa pelaut Belanda yang melakukan penjelajahan ke dunia.

1) Barents

Tahun 1594, Barents mencoba berlayar untuk mencari dunia Timur atau tanah Hindia melalui daerah Kutub Utara. Karena keyakinannya bahwa bumi bulat sekalipun dari Utara atau Barat akan sampai pula di Timur. Ternyata Barents tidak begitu mengenal medan. Ia gagal melanjutkan penjelajahannya karena kapalnya terjepit es mengingat air di Kutub Utara sedang membeku. Barents terhenti di sebuah pulau yang disebut Novaya Zemlya. Ia berusaha kembali ke negerinya, tetepi ia meninggal di perjalanan.

2) Cornelis de Houtman




Gambar tokoh Cornelis de Houtman

Sumber: tasyaageraldine.blogspot.com

Pada tahun 1595, pelaut Belanda yang lain, yakni Cornelis de Houtman dan Piter de Keyser memulai pelayaran. Kedua pelaut ini bersama 64 pucuk meriam melakukan pelayaran dan penjelajahan samudra untuk mencari tanah Hindia yang dikenal sebagai penghasil rempah-rempah. Tahun 1596, Cornelis de Houtman beserta armadanya berhasil mencapai Kepulauan Nusantara. Ia dan rombongan mendarat di Banten. Waktu itu di Kerajaan Banten di bawah pemerintahan Sultan Abdul Mufakir Mahmud Abdulkadir. Dengan melihat pelabuhan Banten yang begitu strategis dan adanya hasil tanaman rempah-rempah di wilayah itu, Cornelis de Houtman berambisi untuk memonopoli perdagangan di Banten. Dengan kesombongan dan kadang-kadang berlaku kasar, orang-orang Belanda memaksakan kehendaknya. Hal ini tidak bisa diterima oleh rakyat dan penguasa Banten. Oleh karena itu, rakyat mulai membenci bahkan kemudian mengusir orang-orang Belanda itu. Cornelis de Houtman dan armadanya segera meningggalkan Banten dan akhirnya kembali ke Belanda.

3) Abel Tasman

Abel Tasman berlayar mencapai perairan di sebelah tenggara Australia. Pada tahun 1642, ia menemukan sebuah pulau yang kemudian dikenal dengan nama Pulau Tasmania.

Menanya

Berdasarkan pengamatan yang sudah kalian lakukan, apakah ada kesuitan dalam melakukan pengamatan tersebut atau kurang mengerti ? Coba susunah beberapa pertanyaan tentang kedatangan bangsa barat ke Indonesia!

d. Inggris




Gambar peta ekspedisi pelaut

Sumber: mochmunawar.blogspot.com

Setelah Portugis berhasil menemukan kepulauan Maluku, perdagangan rempah-rempah semakin meluas. Dalam waktu singkat Lisabon berhasil menjadi pusat perdagangan rempah-rempah di Eropa Barat. Dalam keadaan ini, Inggris mendapatkan keuntungan yang tinggi, karena mendapat rempah-rempah secara bebas dan relative murah di Lisabon. Tetapi karena Inggris terlibat konflik dengan Portugis, maka Inggris semakin sulit mendapatkan rempah-rempah di pasar Lisabon. Oleh karena itu mereka mulai mencari rempah-rempah ke daerah timur sendiri. Pelayaranpun dimulai hingga pada akhirnya pada tahun 1600 mereka singgah di India dan mendirikan kongsi dagang yang diberi nama EIC ( East India Company ). Dari India mereka melanjutkan pelayaran dan mendarat di kepulauan Nusantara. Bahkan pada tahun 1811 Inggris dapat menguasi Tanah Hindia.

Pelayaran Inggris dilakukan oleh orang-orang sebagai berikut.

1) Sir Francis Drake

Pada tahun 1577, Drake berangkat berlayar dari Inggris ke arah Barat. Dalam pelayarannya, rombongan ini memborong rempah-rempah di Ternate. Setelah mendapatkan banyak rempah-rempah, Drake pulang ke negerinya dan sampai di Inggris pada tahun 1580. Pelayaran Drake belum memiliki arti penting secara ekonomis dan politis.

2) Pilgrim Fathers

Pada tahun 1607 rombongan yang menamakan diri Pilgrim Fathers melakukan pelayaran ke arah Barat. Kapal yang bernama May Flower berhasil membawa rombongan tersebut mendarat di Amerika Utara.

3) Sir James Lancester dan George Raymond

Pada pelayaran tahun 1591, Lancester berhasil mengadakan pelayaran sampai ke Aceh dan Penang. Sampai di Inggris pada tahun 1594. Pada bulan Juni 1602, Lancester dan maskapai perdagangan Inggris (EIC) berhasil tiba di Aceh dan terus menuju Banten. Di Banten, dia mendapatkan izin dan mendirikan kantor dagang.

4) Sir Henry Middleton

Pada tahun 1604 pelayaran kedua EIC yang dipimpin Sir Henry Middleton berhasil mencapai Ternate, Tidore, Ambon, dan Banda. Pelayaran ini menimbulkan persaingan dengan VOC. Selama tahun 1611–1617, orang-orang Inggris mendirikan kantor dagang di Sukadana (Kalimantan Barat Daya), Makassar, Jayakarta, Jepara, Aceh, Pariaman, dan Jambi.

style= "border: none; max-width:100%; max-height:100vh" allowfullscreen webkitallowfullscreen mozallowfullscreen msallowfullscreen>